Lin, Gadis Penghafal Al Qur’an
Lin, Gadis Penghafal Al Qur’an
Panggilannya
Lin, nama lengkapnya Lin Asyiqah. Seorang gadis jelita berusia 20 tahun. Gadis
jelita ini sedang menyelesaikan studinya sebagai calon sarjana pendidikan
Bahasa Arab di suatu Universitas. Kini Lin duduk di tahun kedua, tepatnya
semester tiga. Lin diterima di kampus tersebut melalui jalur mandiri prestasi,
yaitu jalur yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempunyai prestasi baik
dibidang akademik maupun non akademik. Lin memperoleh beasiswa, karena
kefasehannya dalam melantunkan ayat Al Qur’an yang telah dihafal.
Tahun
pertama tinggal di pondok pesantren Lin merasa sangat berat. Terlebih lagi, Lin
juga merasa terbebani dengan target-target hafalan Al Qur’an. Namun kakaknya
selalu ada untuk memberikan semangat dan motifasi, agar Lin meluruskan niatnya
dalam mengahafal Al Qur’an. Lin pun mulai meredam gejolak hatinya dan kembali
meluruskan niat untuk konsisten menghafalkan kalam Allah swt.
Keseriusan
dan semangat Lin dalam menghafal tidak berjalan mulus seperti itu saja. Ketika
Lin mulai duduk di bangku SMA, ia merasakan sebuah goncangan batin. Di saat
semangatnya dalam menghafal menyala-nyala, saat itu pula ia merasakan beban
berat seakan tidak sanggup melanjutkan hafalannya. Ujungnya, Lin sempat
mempunyai keinginan untuk keluar dari pondok pesantren. Lin tidak memahami apa
yang sedang terjadi dengan dirinya. Sebersit keinginan itu telah menjelma
menjadi kemauan yang sangat kuat, hingga Lin merasa bimbang dengan hafalnnya. Saat
itu Lin merasa bahwa menghafal Al Qur’an hanyalah target pencapaian di pondok
pesantren.
Lin
mengakui bahwa menghafal Al Qur’an banyak mendatangkan manfaat dan kebaikan
dalam hidupnya. Ia merasa selalu dimudahkan dalam urusan-urusan, khususnya
dalam menghafal apapun. Ia akhirnya melanjutkan menghafal dan menjadikan Al Qur’an
sebagai hal yang dicintainya.
Dalam
menghafal Lin mempunyai cara tersendiri untuk menjaga hafalannya. Ia menyarankan
kepada para penghafal agar tidak memaksakan diri untuk cepat menyelesaikan
hafalan seluruh Al Qur’an. Lin mengatakan bahwa ketika seseorang terlalu
memaksakan diri untuk cepat hafal, maka ia semakin mudah lupa. Yang terpenting
adalah selalu melatih kelancaran dan kefasihan hafalan. Setelah dirasa lancar dan
benar-benar hafal, maka seorang baru boleh melanjutkan hafalan berikutnya. Selain
itu, Lin juga mempunyai kebiasaan untuk menjaga hafalannya, yaitu dengan cara
selalu mengulang hafalannya setiap selesai mengerjakan sholat.
Sebagai
seorang hafidzah, Lin berharap kepada orang-orang yang sedang menghafal Al Qur’an
agar meluruskan niat dan membangun semangat dalam menghafal. Baginya, menghafal
Al qur’an merupakan suatu anugrah terindah yang diberikan Allah swt kepada
manusia. Sampai sekarang, Lin masih berjuang untuk menjaga dan menyelesaikan
hafalan Al Qur’an. Menjadikan ayat menyatu dengan aliran darah dan denyutan
nadi di dalam tubuh.
Cerita
disadur dari buku Dahsyatnya Membaca dan Menghafal Al Qur’an
Semoga
bermanfaat.
Subhanallah bagus banget kisah di atas, semoga menginspirasi saya.
BalasHapushttps://www.jalansemut72.xyz/