Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 1
Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 1
Oleh : Inayatun Ma'rifah
Malam, kian
terasa sunyi, hanya terdengar suara bising dari pojok-pojok kamar pesanren
putri. Di sekeliling asrama putri terlihat berbagai aktifitas, di pojok kanan
terlihat segerombol santri yang masih menikmati indahnya langit malam, di pojok
lain ada yang konsen menghafal Alquran dan kitab-kitab lainnya.
Malam semakin sunyi, semua
santri telah kembali ke dalam mimpi masing-masing. Hingga terdengar suara bel,
yang menuntut mereka untuk bangun dan melaksanakan sholat subuh, kemudian
mengaji kitab. Sungguh tak disangka, pada saat menggaji kitab, banyak santri
yang menggantuk, tapi itulah salah satu kenikmatan yang perlu kita syukuri.
Pagi, datang
menyapa enbun pagi dalam daun yang penuh kesejukan. Semua terasa indah, saat
sayap-sayap burung terlihat terbang bebas di atas sana. Gerbang pesantren
dibuka, semua santri putra dan putri bergegas meninggalkan pesantren dan
melangkah bersama menuju sekolah. Saat mengikuti pelajaran, semua murid tampak
tawadhu. Namun tak seperti hatiku (Aina najwa Sania) gadis berumur 17 tahun,
salah satu santri putri pesantren al-anwar, yang diasuh oleh KH. Ahsan Syafi’i.
Semua terasa hampa, saat aku mulai hari-hari di pesantren hingga saat ini aku
masih terbayang-bayang akan keluargaku. Ayah, Ibu Najwa rindu kalian semua.
Tapi, tak mungkin bila aku kembali ke rumah, sama saja aku menggecewakan kedua
orangtuaku. Aku memang harus bangkit dan lupakan kesenagan semu, bersusah
dahulu dan nanti akan kupetik serbuah makna yang terindah. Ayah, Ibu, Najwa
berjanji akan pulang dengan membawa segudang ilmu yang kian nanti bemanfaat dan
bisa kalian bangakan.
“Najwa,” Nisa, temen
dekatku yang juga salah satu santri pesantren.
“kenapa kamu
selalu melamun? Sudahlah Najwa, tidak hanya kamu yang merasakan rasa ini, semua
santri baru juga begitu, begitu juga dengan aku. Tapi ini adalah hidup yang
harus kita tempuh dengan ikhlas. Najwa ku yakin kamu pasti bisa, aku siap jadi
orang yang selalu mendengar keluh kesahmu.”
“Makasih Nis,
aku janji akan betah disini, dan bersama-sama berjuang demi cita-cita kita”.
Kata-kata Nisa
benar-benar meyakinkanku dan memperkuat semanggatku. Tak terasa sudah dua
minggu aku di pesantren, banyak kisah dan ilmu yang aku dapat. Ternyata
menyenangkan hidup sederhana, makan apa adanya, kebersamaan tanpa pamrih,
sungguh semua ini tak bisa aku rasakan jika aku di rumah.
Matahari seakan terasa di ujung kepala, saatnya pulang sekolah. Semua murid
berjalan teratur, pulang ke rumah masung-masing. Sesampai di pesantren, aku
langsung berganti baju dan bersiap-siap untuk melakukan kegiatan menggaji
kitab. Namun ada santri yang datang ke kamar dan memanggilku.
“Najwa, kamu
tadi dipanggil sama umi, amanat beliau setelah pulang sekolah, kamu disuruh
menghadap beliau”
“ada apa ya?,
aku takut”
“udahlah
Najwa, jangan takut kamu ngak ada masalah sama umi kan, ayuk aku antar”
Aku pun berjalan menuju
kamar umi bersama Dinda, salah satu santri kepercayaan umi. Langkah kaki ini
terhenti, kamar umi semakin dekat dan kini telah sampai. Jantungku semakin
deg-degan. “huft, bismillah”
“Assalamualaikum,
umi.,”
“Waalaikumsallam..”
(Bersambung)
Posting Komentar untuk "Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 1"