Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 3


Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 3





Seusai jamaah, semua mempersiapkan acara pernikahan mas Aryo, kebetulan acaranya pagi-pagi, dan siangnya aku harus kembali ke pesntren. Acara yang belangsung meriah pun telah usai tepat pukul 12.00. Seusai sholat dzuhur, aku bersiap-siap berangkat ke pesantren. Ayah menggantarku sampai di stasiun, tanpa menunggu lama ayah meninggalkan ku dan meninggalkan seribu pesan yang harus aku patuhi selama di pesantren. Kereta menuju ke Pekalongan masih sekitar satu jam lagi, aku duduk di bangku kosong di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba ada laki-laki yang aneh yang mendekatiku, dan duduk di sebelahku. Aku semakin takut dan deg-degan.

“Mba kenapa?, apa ada yang aneh ya, apa memang aku yang aneh?”. Tanya laki-laki itu.

Aku hanya bisa terdiam, aku binggung harus bilang apa.

“Kenapa mba diam, mba merasa terganggu ya, kalau begitu aku pergi saja mba,”

“Jangan pergi, tetap disini saja, aku ngak merasa terganggu kok,”

“baiklah, angap saja kita teman lama, jadi santai saja mba, tak usah gelisah begitu”

“kenapa mas bicara seperti itu, bukankah kita tak penah bertemu, bagaimana bisa kita jadi teman lama”

“aduh, mba ini ngak ngak meresapi apa yang saya bicarakan ya, itu hanya sebuah anggapan, agar mba tidak merasa canggung bila di sebelah saya”.

Aku merasa malu, aku hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa malu.

“Mba, mau kemana?”

“Pekalongan”.

Tanpa sadar aku menggulurkan tangganku, dan menyebut namaku. Tapi tak ada balasan darinya.

“kenapa mas tidak mau membalas perkenalanku, bukankan tadi mas bilang kalau kita berpura-pura jadi teman lama, apa salah ya jika kita mengenal lebih dekat, meskipun hanya nama. Siapa tau suatu hari nanti kita akan bertemu, dan kita bisa saling menyapa”.

“Apa arti sebuah nama dan pertemuan, pertemuan pertama akan mengisahkan sebuah rasa penasaran, pertemuan kedua akan mengisahkan sebuah rasa rindu, dan aku tak mau merindu, karena rindu itu sangat menyakitkan.”

“kenapa mas bicara seperti itu, bukankah sekarang dunia itu seakan sempit”

Belum sempat menjawab pertanyaanku, kereta yang menuju ke Pekalongan datang, saat ku menengok ke belakang laki-laki itu sudah hilang dari pandanganku, hanya tertinggal buku memory yang ia tinggal di bangku tadi. Ku ambil dan ku baca, ternyata baru terisi satu lembar yang isinya:

Aku terpesona Pada seorang gadis, yang duduk di sampingku Matanya yang indah, alisnya yang tebal, Aroma wanginya yang menggetarkan hatiku Terlebih lagi balutan kain suci Yang telah membalut mahkotanya Membuatnya semakin anggun Hati siapa yang tak tergoyahkan akan kecantikan hati dan jiwanya Sungguh aku telah terpana olehnya sebuah ungkapan rasa yang seketika terjadi, ku baca tulisan itu sepanjang perjalananku, hingga hati ini terluluhkan, dan merindukan sosok laki-laki misterius tadi.

Kereta berhenti, dan aku langsung berjalan menuju pesantren yang tak jauh dari setasiun. Sesampai di pesantren aku langsung menuju ke kamar, kemudian langsung sowan ke umi agar umi ngak khawatir dan aku ngak di takzir. Seusai sowan di ndalem umi, aku berpapasan dengan Nisa, nampaknya dia begitu terburu-buru.

“mau kemana Nis?, kok buru-buru gitu”.

“tadi ada pengumuman, katanya putranya umi hari ini pulang dari Mesir dan seluruh santri ikut menyambut kedatangannya”

“oh, tak kira ada apa-apa, aku nggak ikut nggak papa kan, soalnya ku capek banget”.

“ya ya, kamu istirhat aja di kamar”.

“ok”.
(Bersambung)

Part 2 ISebelumnya  -----------------------------  SelanjutnyaI Part 4

Posting Komentar untuk "Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 3"