Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 4
Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 4
Aku pun langsung bergegas
ke kamar dan Nisa pergi menyambut kedatangan gus Hasbillah putra pertama umi,
yang umurnya masih sederajat denganku. Saat aku sendiri di kamar aku teringat
akan laki-laki itu, memandang tulisanya seakan ku benar-benar dekat dengannya.
Apakah ini yang dinamakan cinta, ataukah rasa rindu yang menyesakkan hati dan
menghipnotis fikiranku, ah entahlah. Dari pada aku bingung dengan hatiku
sendiri, aku memutuskan menyusul Nisa. Ternyata, yang mereka nanti belum datang
juga, dan aku kembali ke kamar.
Beberapa jam
kemudian, semua santri kembali begitu juga dengan Nisa.
“Gimana Nis,
dah ketemu sama gus Hisbi?”
“udah donk,
tambah cakep aja beliau”.
“eh, eh, inget
Nis, kamu kan dah punya andika”.
“ya, aku tau
Najwa, ngak mungkin juga kan seorang gus jatuh cinta sama aku, dan cintaku juga
hanya untuk mas Dika seorang,”.
“cie cie, yang
lagi kasmaran”.
“la, kamu
sendiri gimana Najwa”.
“belum saatnya
ku certain sama kamu, he he, udahlah aku mau ke warung dulu, mau beli peralatan
mandi”.
“aku temenin
ya”.
“gitu juga boleh”.
Kami berjalan menuju
warung, di tengah perjalanan aku bertemu sosok laki-laki di stasiun itu, aku
berhenti sejenak dan melamun. Apakah ini mimpi? Tapi rasa ini ada.
“Najwa, ayo
cepet, wah terpesona juga ya sama gus Hisbi”
“apa dia gus
Hisbi, putranya umi?”
“ya, Najwa
salah kamu sih tadi ngak ikut menyambutnya”
Rasa ini
semakin hilang, ketika ku tau bahwa dia adalah seorang gus, hatiku semakin
gundah dan tak tau harus berbuat apa.
Setelah belanja di warung
Nisa bertemu Andika dan mereka berbincang-bincang. Akhirnya ku harus rela
pulang sendiri, dan di tenggah perjalanan aku berpapasan dengan gus Hisbi.
“Assalamualaikum
ya uhti, tak kusangka ternyata Allah mempertemukan kita kembali”
“Waalaikumsalam,
ya alhmdulillah, seperti yang ku katakan dunia sekarang itu seakan sempit”.
“kamu kenapa,
wajahmu pucat seakan-akan kamu ingin menghindar dariku, apakah pertemuan ini
memngganggu mu”
“sungguh,
bukan begitu, tapi aku harus kembali ke pesanteren, soalnya sebentar lagi ada
ngaji kitab tafsir”.
“oh, ya maaf
saya lupa, sampai ketemu nanti”
Kita pun berpisah, dengan
rasa gundah bercampur rindu aku meninggalkanya. Lalu berangkat ngaji dan
kagetnya lagi yang mengajar adalah gus Hisbi. Semakin tegang rasanya, badanku
serasa masuk dalam almari es yang begitu dingin.
(Bersambung)
Part 3 ISebelumnya
----------------------------- Selanjutnya
I Part 5
Posting Komentar untuk "Senandung Cinta Dalam Pesantren I Part 4"