Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Logika Al Quran Tentang Ketuhanan


Logika Al Quran Tentang Ketuhanan





Al quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar, dengan Al Quran sudah cukup untuk menjaga keimanan setiap orang hingga hari akhir kehidupan. Al Quran dengan hujjahnya telah mengalahkan semua argumentasi orang-orang Jahiliyah sehingga menjadikan Islam sebagai Agama yang dapat menunjukkan umat kepada keselamatan.

Ketika Al Quran disampaikan dengan lemah lembut, mengedepankan cara berfikir dan sangat rasional, maka dengan sendirinya akal manusia akan cepat menerima Islam sebagai agama terpatri dalam hati. Berikut beberapa penjelasan logika Al Quran tentang konsep ketuhahan :

1. Tuhan Satu bukan banyak

Pada zaman jahiliyah, sebelum lahirnya Nabi Muhammad . Masyarakat jahiliyah menjadikan tuhan dengan bermacam-macam variasi yang jumlahnya sangat banyak. Sementara Nabi Muhammad mengajak mereka untuk mengimani Satu Tuhan saja. Hal ini menjadikan orang arab dikala itu tidak menerima dakwah Nabi . Anggapan sementara mereka bahwa tuhan itu penyelesai setiap masalah. Dengan problematika yang banyak, maka tuhan pun harus banyak. Hal ini sebagaimana ungkapan dalam Firman Allah surah Shod ayat 5,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya : Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi satu Tuhan saja? Ini adalah sesuatu yang aneh."

Anggapan ketidakmungkinan Satu Tuhan dengan banyak problematika kehidupan itu selanjutnya dipatahkan oleh argumentasi Nabi Muhammad dengan perumpamaan adanya banyak pemimpin yang memerintah justru akan membikin repot. Bukan menyelesaikan masalah.

Dengan logika tersebut kemudian negeri Arab menjadi seratus persen muslim secara bertahap hingga saat ini.

2. Tuhan tidak dipertuhankan

Masyarakat Arab ketika ingin menyembah berhala sebagai tuhan mereka, harus membuat berhala itu sendiri, kemudian dibersihkan, dijaga, disembah. Rasulullah lalu menyakan kepada mereka tentang posisi tuhan yang seharusnya. Antara tuhan yang dijaga atau Tuhan yang menjaga? Bila tuhan yang disembah saja tidak dapat menolong dirinya sendiri, bagaimana mungkin dapat menolong yang lainnya? Akhirnya argumentasi ini dapat menyadarkan mereka dari kesesatan.

Penjelasan ini termaktub dalam firman Allah surah an Nahl ayat 76,

وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لاَ يَقْدِرُ عَلَىَ شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لاَ يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٧٦﴾

Artinya : Allah membuat perumpamaan lain dalam diri dua orang laki-laki. Yang satu bisu dan tuli, tidak bisa memahami perkataan orang dan memahamkan orang lain. Ia hanya tergantung pada kemauan orang yang mengatur urusannya, hanya menurut pada kehendak atasan meskipun diperintah untuk melakukan sesuatu yang tidak ada manfaat baiknya. Apakah lelaki seperti ini dapat disamakan dengan seorang lelaki yang fasih, kuat daya pendengarannya, menyuruh manusia untuk berbuat benar dan menegakkan keadilan, dan ia sendiri berada di atas jalan yang lurus tidak berliku? Demikianlah gambaran berhala-berhala yang mereka pertuhankan, bagaikan orang yang tuli dan bisu, tidak bisa memahami perkataan dan memahamkan orang lain. Tuhan-tuhan itu tidak berbicara, tidak mendengar dan tidak berguna. Samakah mereka--dalam pandangan kalian--dengan Yang Maha Mendengar lagi Maha Menyeru pada keadilan, kebenaran dan Maha Membimbing manusia ke jalan yang lurus?

3. Tuhan tidak makan dan minum

Umat nabi Isa as yang menyeleweng dari keimanan menganggap bahwa tuhan ada tiga, tuhan bapak, ibu dan roh kudus. Anggapan mereka dipatahkan dengan argumentasi rasional dalam Al Quran surah al Maidah ayat 75,

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Artinya : Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

Nabi Muhammad menyampaikan kepada mereka bahwa Nabi Isa dan Siti Maryam juga makan makanan seperti manusia lainnya. Andaikan tuhan butuh makan, maka tuhan juga butuh buang kotoran. Hal itu sungguh tidak masuk pada nalar serta logika berfikir manusia.

Akhirnya ketiga argumetasi di atas merupakan diantara bukti kemukjizatan Al Quran yang dapat diterima oleh logika. Semoga bermanfaat.


1 komentar untuk "Logika Al Quran Tentang Ketuhanan"

  1. This is such a great resource that you are providing and you give it away for free. I love seeing blog that understand the value of providing a quality resource for free. download quran app

    BalasHapus