Mengapa Menghafal? (2) Mengharap Syafa’at
Mengapa Menghafal? (2) Mengharap Syafa’at
Hari
kiamat pasti terjadi. Waktu nya belum diketahui secara pasti. Orang muslim
tidak mempermasalahkan pada waktu tibanya, melainkan sibuk menggapai bekal untuk
menyambut hari terjadinya kiamat. Suatu saat ketika waktu kiamat itu sudah
terjadi, tidak ada lagi cara untuk menambahkan kouta pahala maupun permohonan
ampun terhadap dosa. Namun, masih ada yang diharapkan sebagai penolong yaitu
Syafaat.
Diantara
syafaat ini ialah syafaat Al Qur’an bagi ahlinya. Seorang ahli al qur’an yang secara
kontinyu di dunia melafalkan, membaca, serta berusaha mengaktualkan dalam
perilaku kesehariannya akan bahagia dengan hadirnya syafaat dari al qur’an.
Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
اقرءوا القرآن فإنّه يأتي يوم القيامة شفيعًا لأصحابه
Diantara
cara agar selalu tergerak untuk membaca al qur’an ialah dengan menghafalnya. Seorang
yang menghafalkan Al Qur’an kesehariannya tidak terlepas dari membaca Al Qur’an.
Hal ini disebabkan tanggung jawab supaya hafalannya tidak hilang dari ingatan. Dengan
cara begitu tentu dapat dihitung bahwa seorang yang menghafal al qur’an lebih
banyak membaca al qur’an dari pada yang tidak menghafalkannya. Baik itu hafal 1
surat, 1 juz ataupun hingga 30 juz Al Qur’an.
Motifasi
mengharap syafaat dari al Qur’an disaat tidak ada lagi jalan untuk minta
pertolongan di hari kiamat bisa sebagai penggerak untuk selalu optimis dalam
berupaya menghafalnya. Bayangkan seorang hafidz yang sudah hafal 30 juz, untuk
menjaga agar hafalannya tertancap dalam jiwanya harus mengahatamkan al qur’an
dalam tiap satu pekan minimal satu kali. Dalam artian lain, para hafidz setiap
harinya minimal membaca al qur’an 5 hingga 6 juz. Subhanallah. Betapa bahagianya
bila hal ini terjadi pada diri kita, lalu menularkan pada kerabat dan masyarakat
disekitar.
Posting Komentar untuk "Mengapa Menghafal? (2) Mengharap Syafa’at"