Nilai-Nilai Kebaikan. Makan Pagi
Nilai-Nilai Kebaikan. Makan Pagi
Narasi Alur Saat Makan Pagi
Pagi hari mentari bersinar dari timur, cahayanya menembus kaca jendela sebuah rumah sederhana. Pantulan sinarnya menerangi Bapak Usman yang sedang membaca Al Qur'an surah Al Waqiah di pagi hari sebelum melaksanakan Sholat Dhuha. Seperti penjelasan kiyai Subadar bahwa membaca surah Al Waqiah menjadi wasilah lancarnya rezeki bagi yang istiqamah membacanya.
Di ruang sebelah terdapat meja makan, Ibu Rohimah sedang menyiapkan makan pagi untuk keluarga yang terdiri dari Bapak Usman, Ibu Rohimah, Fatimah anak perempuan dan Hosen anak laki-laki. Hosen dan Fatimah baru selesai memakai baju seragam sekolah. Hosen kelas 4 SD dan Fatimah kelas 2 SMP. Menunya sangat sederhana, terdiri dari Nasi, tempe goreng, sambal terong dan air teh hangat sebagai minumannya.
Keempatnya sudah berada di meja makan, Ibu rohimah mengambilkan nasi dari wadahnya dipindah ke piring masing-masing. Kemudian, Bapak Usman bertanya pada anak laki-lakinya, "Le, sebelum makan doa apa yang harus kita baca? Apakah engkau sudah hafal?". Hosen dengan cepat menjawab, "Tentu ayah saya tahu dan hafal, Ustadz Masykur guru agama di SD selalu mengingatkan bahwa sebelum makan harus membaca do'a". Lalu Hosen membaca do'a dan diikuti oleh Fatimah dan kedua orang tuanya.
Mereka serempak membaca,
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Setelah semua menyelesaikan makannya, masing-masing tidak lupa membaca doa setelah makan,
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ
Fatimah membantu ibunya membawa piring-piring kotor
menuju dapur. Sambil lirih fatimah bertanya, "Ibu dari manakah semua
yang kita makan ini berasal?" Ibu Rohimah menjawab, "Semua
yang kita makan pagi ini merupakan amal banyak orang nak, engkau harus
berterima kasih pada petani yang telah menanam padi, nelayan yang telah melaut
mengambil ikan, pedagang yang sudah menyampaikan beras, ikan, rempah dan teh
pada kita disini, para pembuat mesin yang sudah memproses padi menjadi beras,
membuat periuk, kompor gas, piring, gelas dan meja makan, sehingga kita pagi
ini bisa makan".
Fatimah begitu kagum pada penjelasan ibunya yang telah membawa fikirannya melalang dalam perandaian, "Ibu betapa banyaknya orang-orang yang ikut serta membantu kita sehingga kita hari ini bisa makan, saya ingat nasehat guru di SMP bahwa kita tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain".
Pada jam 7 kurang 15 menit Hosen dan Fatimah berangkat ke sekolah yang dekat dari rumahnya.
OPINI NARASI
Dalam narasi di atas siapakah yang lebih baik? Apakah
1. Bapak Usman telah mendidikan anak-anaknya
2. Ibu Rohimah sudah menyiapkan makan pagi
3. Petani yang telah menanam padi
4. Nelayan yang melaut mengambil ikan
5. Para pedagang dengan transaksinya memindah barang dari
petani dan nelayan hingga sampai pada kelurga bapak Usman
6. Para pembuat pabrik dapur sehingga Ibu Rohimah bisa
masak
7. Fatimah membantu ibunya membawa piring kotor ke dapur
8. Hosen membaca doa sebelum dan sesudah makan
9. Ustadz Masykur guru SD Hosen yang mendidika Hosen
kenal doa-doa
10. Guru Fatimah di SMP dengan nasehatnya untuk selalu
berbuat baik
bila ini diteruskan akan banyak jenis kebaikan yang
ditemukan dalam setiap aktifitas yang kita alami.
Kesimpulannya tidak ada yang lebih baik dari yang lain, semua person di atas sudah melakukan kebaikan sesuai fungsinya masing-masing.
Bapak Usman dan Ibu Rohimah mendidik anaknya sudah sesuai tuntutan Rasulullah saw,
قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ{.
Artinya : Nabi saw. bersabda, “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.”
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ{.
Artinya : Nabi saw. bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama.”
Seorang petani yang menanam padi sudah mengamalkan hadis Nabi Muhammad saw,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
Artinya : “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.”
Nelayan yang mengambil ikan sudah mengimplementasikan ayat Al Quran,
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16] : 14).
Fatimah dan Hosen berbakti kepada kedua orang tuanya sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad saw,
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما: عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “رِضَا اللَّهِ فِـيْ رِضَا الْوَالِدَيْـنِ، و سخط اللَّهِ فِـيْ سخط الْوَالِدَيْنِ (أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ(
Artinya : Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al ‘Āsh Radhiyallāhu Ta’āla ‘anhumā: dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam beliau bersabda: “Ke-ridhā-an Allāh itu berada pada ke-ridhā-an kedua orang tua, dan kemarahan Allāh itu berada pada kemarahan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbān dan Al-Hākim)
Posting Komentar untuk "Nilai-Nilai Kebaikan. Makan Pagi"