Nilai-Nilai Kebaikan. Perjalanan Menuju Sekolah
Nilai-Nilai Kebaikan. Perjalanan Menuju Sekolah
Narasi Alur Saat Menuju Sekolah
Pagi Hari Senin, Hosen berangkat ke Sekolah SDN Patastu mengikuti kedaraan umum. Ia keluar dari rumah diantar oleh kedua orang tuanya -Bapak Usman dan Ibu Rohimah-, Hosen pamit seraya mencium tangan kedua orang tuanya. Bapak Usman selalu mengingatkan pada Hosen untuk membaca do'a keluar dari rumah,
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Ibu Rohimah pun menyampaikan untuk hati-hati dijalan, berangkat ke sekolah dengan tenang sambil meniatkan dalam hati,
نويت التعلم لاعلاء كلمات الله
Hosen menuju jalan raya tempat pemberhentian kendaan umum menuju madrasah, ia menyapa tetangga kiri dan kanannya dengan senyuman terus mengembang di mukanya. Ketika sampai ditempat menunggu angkot sudah ada beberapa teman yang lebih dulu sampai, dia adalah Rahman dan Yusuf.
Hosen menyapa keduanya, "Assalamualaikum, sudah lama menunggu?" Yusuf menjawab, "sekitar 5 menit yang lalu". "Sabar, sebentar lagi angkotnya juga datang. Bukankah kesabaran itu merupakan bagian dari ibadah" timpal Rahman dan dibenarkan oleh kedua temannya.
3 menit kemudian, angkot kuning yang melewati sekolah mereka tiba. Pak supir angkot berucap salam pada mereka dan mempersilahkan untuk naik. Ketiga anak itupun naik kedalam angkot sambil membaca,
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Hosen duduk tepat disamping sopir angkot itu, perjalanan
menuju sekolah sekitar 10 menit. Saat ini jam menunjukkan pukul 06.35, artinya
mereka sampai ke sekolah 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. "Bapak sudah
lama jadi sopir?" tanya Hosen kepada sopir angkot yang bernama Bapak
Karim. "Sudah lama nak, sudah 12 tahun" jawab Pak Karim. Kemudian
bapak karim melanjutkan, "Anak saya yang ke 3 juga seumuran kamu, sekarang
kelas 4 MI. Nanti kalau nak Hosen sudah dewasa jangan gengsi, carilah pekerjaan
yang halal dan sesuai dengan keahlian nak Hosen. Insya Allah hidup bahagia dan
berkah. Karena saya hanya lulusan SD dan keahliannya nyopir, yaa saya ikhlaskan
diri yang mengabdi dan menolong sesama dengan jadi sopir".
Keduanya asyik berbincang-bincang, banyak nasehat yang diceritakan oleh Bapak Karim kepada Hosen dan didengarkan oleh kedua temannya.
Mereka bertiga turun dari angkot dan masuk ke area
sekolah, tidak lupa mereka membayar angkot 2000 perorang. Sambil mengucapkan
salam dan terima kasih pak sopir meninggalkan mereka masuk ke sekolah.
Opini
Dalam narasi di atas banyak prilaku baik yang digambarkan
oleh masing-masing personalitas sesuai posisinya.
1. Bapak Usman dan Ibu Rahimah berusaha menjadi orang tua
yang baik, menjadi teladan terhadap anak-anaknya.
2. Hosen berusaha berbakti kepada kedua orang tuanya
sesuai perintah dan ajaran agama.
3. Hosen, Rahman dan Yusuf berteman dengan baik dan tidak
bermusuhan.
4. Bapak Karim sebagai sopir angkot telah membantu Hosen,
Rahman dan Yusuf menuju sekolah, juga dalam proses mencari nafkah untuk
keluarganya.
Siapa yang paling baik diantara mereka? Jawabannya tidak boleh siapa pun menganggap paling baik, selama mampu berkolaburasi dengan baik maka mereka semua bisa seiring malakukan kebaikan bersama sesuai posisinya.
Bapak Usman dan Ibu Rohimah mendidik anaknya sudah sesuai tuntutan Rasulullah saw,
قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ{.
Artinya : Nabi saw. bersabda, “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.”
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ{.
Artinya : Nabi saw. bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama.”
Hosen berbakti kepada kedua orang tuanya sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad saw,
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما: عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “رِضَا اللَّهِ فِـيْ رِضَا الْوَالِدَيْـنِ، و سخط اللَّهِ فِـيْ سخط الْوَالِدَيْنِ (أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ(
Artinya : Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al ‘Āsh Radhiyallāhu Ta’āla ‘anhumā: dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam beliau bersabda: “Ke-ridhā-an Allāh itu berada pada ke-ridhā-an kedua orang tua, dan kemarahan Allāh itu berada pada kemarahan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbān dan Al-Hākim)
Hosen, Rahman dan Yusuf berteman dan tidak bertengkar. Hal ini dicontoh oleh Umar bin Khattab ra dalam qaulnya,
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
Artinya : “Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”
Hosen dan kedua temannya membayar uang angkot kepada
Bapak Karim sejalan dengan hadis,
ﺃَﻋْﻄُﻮﺍ ﺍﻷَﺟِﻴﺮَ ﺃَﺟْﺮَﻩُ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﺠِﻒَّ ﻋَﺮَﻗُﻪ
Artinya : “Berikan-lah kepada buruh/pekerja upahnya sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Bapak Karim bekerja dengan pekerjaan yang halal sebagai angkot untuk menafkahi keluarganya sesuai dengan anjaran Rasulullah saw,
ﻣَﺎ ﻛَﺴَﺐَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻛَﺴْﺒًﺎ ﺃَﻃْﻴَﺐَ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻭَﻟَﺪِﻩِ ﻭَﺧَﺎﺩِﻣِﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺻَﺪَﻗَﺔٌ
Artinya : “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah)
Posting Komentar untuk "Nilai-Nilai Kebaikan. Perjalanan Menuju Sekolah"