Al Mawaidz Imam Ghazali I Nasehat 32
Nasehat Imam Ghazali – Berikut hadist qudsi ke-32 yang dihimpun oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Jam'ur Rasail.
اَلْمَوْعِظَةُ
الثَّانِيَةُ وَالثَّلاَثُوْنَ
يقول
الله تعالي:" صَبَرُكَ عَلَى قَلِيْلٍ مِنَ الْمَعْصِيَةَ أَيْسَر عَلَيْكَ
مِنْ صَبْرِكَ عَلَى كَثِيْرٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، {إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ
غرَامًا} [الفرقان: ٦٥] وَصَبَرُكَ عَلَى قَلِيْلٍ مِنَ الطَّاعَةِ يُعْقِبُكَ
رَاحَةً طَوِيْلَةً فِيْهَا نَعِيْمٌ مُقِيْمٌ. يابن ادم! عَلَيْكَ بِالثِّقَةِ
بِمَا ضمنت لَكَ قَبْلَ أَنْ أَطْعَمَ رَزْقَكَ لِغَيْرِكَ، وَازْهُدْ فِيْ
الدُّنْيَا مِنْ قَبْل أَنْ أزْهَدَ فِيْكَ، وَتَخْلِصْ مِنَ الشُّبْهَاتِ قَبْلَ
أَنْ تفْنَى حَسَنَاتُكَ يَوْمَ الْحِسَابِ، وَاعْمُرْ قَلْبَكَ بِذِكْرِ
الْاَخِرَةِ، فَلَيْسَ لَكَ مسكن غَيْرَ الْقَبْرِ. يابن ادم! مَنْ اِشْتَاقَّ
إِلَى الْجَنَّةِ سَارع إِلَى الْخَيْرَاتِ، وَمَنْ خَافَ النَّارَ كَف عَنِ
الشَّرِّ، وَمَن نَهَى نَفْسَهُ عَنِ الشَّهَوَاتِ نَالَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى.
وَيَا مُوْسَى بن عمران! إِذَا أَصَابَتْكَ مُصِيْبَةٌ وَأَنْتَ عَلَى غَيْرِ
طَهَارَةٍ فَلَا تَلُوْمن إِلَّا نَفْسَكَ. يَامُوْسَى! اَلْفَقْرُ مِنَ
الْحَسَنَاتِ هُوَ الْمَوْتُ الْأَكْبَرُ.
يَاموسى! مَنْ لَمْ يُشَاوِرْ نَدِمَ، وَمَنْ اِسْتَخَار لَا يَنْدُمُ".
Allah berfirman : Sabarmu atas sedikit dari berlaku
ma’siat lebih mudah bagimu dari sabarmu atas siksa jahanam, (sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.) dan sabarmu dengan sedikit dari
berlaku ta’at akan dibalas dengan kenikmatan yang panjang. Wahai anak Adam! Kau
diberi kepercayaan dengan perkara yang telah dibebankan sebelum diberikan
rizkimu pada yang lain, tinggalkan dunia sebelum ia meninggalkanmu, bersihlah
kamu dari perkara syubhat sebelum kebaikanmu hilang dihari hisab, penuhi hatimu
dengan mengingat akhirat, tiada tempat begimu kecuali kubur. Wahai anak Adam!
Siapa yang rindu surga maka ia bersegera pada kebaikan, siapa yang takut neraka
maka ia bersih dari kejelekan, dan barang siapa yang menjegah dirinya dari
syubhat maka ia akan memperoleh derajat yang tinggi. Wahai musa ibnu imran!
Bila mushibah menimpamu dan engkau dalam keadaan tida bersih maka janganlah
kamu mencela kecuali pada dirimu. Wahai musa! Faqir atas kebaikan merupakan
musibah yang besar. Wahai musa! Menyesallah orang yang tidak suka
bermusyawarah, sedangkan orang yang mecari kebagusan ia tidak akan menyesal.
Cerita hikmah: Jebakan Tikus
Pada suatu malam, seekor tikus mengendap-endap di dalam
dapur sebuah rumah keluarga petani. Betapa terkejut dia saat melihat sebuah
bungkusan yang berisi satu kotak jebakan tikus. Hal tersebut tentu akan
mengancam jiwanya. Dengan panik tikus itu berlari ke arah belakang rumah dan
memberitahukan hal tersebut pada hewan peliharaan sang petani.
"Hati-hati, ada jebakan tikus... ada jebakan
tikus..." ujar sang tikus dengan suara kencang.
Ayam yang mendengar suara itu melengos kesal, "Ya ya
ya... tapi itu masalahmu, tikus. Berhentilah berteriak, kau membuatku sakit
kepala," ujar sang ayam dengan suara jengkel.
Dengan sedih, tikus itu berlari meninggalkan kandang ayam
menuju kandang kambing. "Ada jebakan tikus di dalam sana, jebakan
tikus..." ujar si tikus memperingatkan.
Apa yang terjadi? Kambing seolah tidak peduli dan
mengatakan, "Wah, aku ikut sedih, tapi bukan urusanku," lanjutnya.
Tikus kembali sedih karena kambing tidak peduli. Tetapi
dia tidak menyerah memberi peringatan bahwa ada bahaya. Tikus berlari ke arah
kandang sapi. "Waspada, harap waspada, si petani punya jebakan
tikus,"
Sang sapi malah tertawa kencang, "Astaga tikus, itu
bukan urusanku, tidak perlu menyampaikan kabar yang tidak perlu," ujar
sapi lalu kembali tertawa.
Akhirnya tikus kembali ke lubangnya dengan perasaan
sedih, tak ada satu pun yang peduli dengan kata-katanya.
Pada malam berikutnya, jebakan tikus itu berhasil
menangkap sesuatu. Saat dilihat, bukan tikus yang terperangkap, tetapi ular
berbisa yang masuk ke dalam rumah. Parahnya, ular yang sudah hampir mati karena
terjepit di jebakan tikus mematuk tangan istri sang petani.
Setelah mengalami pengobatan, istri petani tak kunjung
membaik, dia demam sangat tinggi. Melihat hal itu, petani menyembelih ayamnya
lalu dimasak menjadi sup ayam untuk menurunkan demam sang istri, tetapi usaha
itu sia-sia, karena istri sang petani meninggal keesokan harinya.
Banyak tamu yang datang saat pemakaman, sehingga petani
terpaksa menyembelih kambing miliknya untuk dijadikan sajian demi menghormati
tamu yang hadir. Dan ternyata, tamu yang datang semakin banyak, petani tersebut
memang punya banyak teman, sehingga dia menyembelih sapi untuk dijadikan sajian
kepada tamu-tamu yang datang dan berduka cita.
Tikus sangat sedih karena teman-teman di peternakan telah
habis. Padahal dia sudah memperingatkan teman-temannya agar waspada. Akhirnya
mereka justru menjadi santapan para tamu yang datang.
Posting Komentar untuk "Al Mawaidz Imam Ghazali I Nasehat 32"