Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

11 Istri Rasulullah Muhammad SAW Dalam Kitab Jalaul Afham Syarah Aqidatul 'Awam

Istri Rasulullah dalam Aqidatul Awam



Nabi Muhammad SAW merupakan seorang nabi sekaligus rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah kepada seluruh alam semesta. Seorang nabi memiliki kekhususan yang tidak diberikan kepada umat manusia pada umumnya, diantaranya ialah kewajiban untuk melakukan sholat tahajjud. Diataranya hal yang mejadi khawasil khusus untuk Nabi Muhammad SAW ialah menikah lebih dari empat dalam waktu yang sama.

Dalam Kitab Jalaul Afham, Sayyid Muhammad bin 'Alawi bin 'Abbas Al Maliki menjelaskan bahwa Istri Rasulullah SAW berjumlah 11 (sebelas) orang. 2 diantara sudah meninggal terlebih dahulu sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, keduanya ialah Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah. Sementara 9 istri yang lain wafat setelah Nabi Muhammad SAW menghadap keharibaan Allah SWT.

Kedua istri Nabi SAW yang wafat lebih dahulu dari nabi ialah :

Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah yang pada saat itu berusia 40 tahun, dan Nabi Muhammad SAW masih berumur 25 tahun. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama beliau dan satu-satunya yang mana Nabi Muhammad tidak berpoligami. Nabi Muhammad kerap bergantung pada Khadijah dalam berbagai kesempatan, sampai wafatnya Khadijah 25 tahun kemudian. Keduanya dikaruniai dua anak laki-laki bernama Qasim dan Abdullah dan empat anak perempuan yaitu Zaynab, Ruqaiyah, Ummu Kulthum dan Fatimah. Abu Thalib dan Khadijah meninggal pada tahun yang sama. Nabi Muhammad mendeklarasikan bahwa tahun tersebut sebagai tahun kesedihan (Aam ul-Huzn).

2. Zainab binti Khuzaimah
Zainab berasal dari klan Banu Hilal. Ketika ia dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW, ia berusia sekitar 30 tahun. Zainab merupakan istri Rasulullah yang gemar membantu orang-orang miskin, sehingga karena komitmennya tersebut sampai dijuluki “Ummul Masakin" (ibu orang-orang miskin). Sebelum dinikahi oleh Rasulullah SAW, ia mempunyai suami bernama Ubaidah bin Al-Harits, namun tewas pada pertempuran Badar. Nabi Muhammad melamarnya pada bulan ke-31 pasca hijrah. Zainab meninggal 2 atau 3 bulan kemudian setelah dinikahi oleh Nabi SAW dan dikuburkan di baqi'.


Sembilan istri Rasulullah SAW lainnya ialah sebagaimana disebutkan dalam Nadzam Aqidatul 'Awam sebagai berikut,

عَنْ تِسْعِ نِسْوَةٍ وَفَاةُ الْمُصْطَفَى * خُيِّـرْنَ فَاخْتَرْنَ النَّـبِيَّ الْمُقْتَفَى
عَائِشَـةٌ وَحَفْصَـةٌ وَسَـوْدَةُ * صَـفِيَّـةٌ مَـيْـمُـوْنَةٌ وَ رَمْلَةُ
هِنْدٌ وَ زَيْـنَبٌ كَذَا جُوَيـْرِيَهْ * لِلْمُـؤْمِـنِيْنَ أُمَّـهَاتٌ مَرْضِـيَّهْ

Pernikahan Nabi dengan 'Aisyah merupakan perintah Allah SWT. Nabi Muhammad dua kali bermimpi kalau Aisyah dibawakan oleh Malaikat untuk menjadi jodoh beliau. Ketentuan itu dari Allah SWT yang harus dijalankan, beliau pun meminta kepada Abu Bakar, ayahnya Aisyah untuk memberikan putrinya untuk menjadi istri beliau. Aisyah dinikahi oleh Rasulullah SAW ketika Aisyah berumur 6 atau 7 tahun, dan di saat itu Nabi Muhammad berumur berumur 50 tahun. Aisyah baru diantarkan ke rumah Nabi dan dicampuri beliau di saat dia sudah berumur 9 tahun.

Hafsah merupakan putri Umar bin Khattab yang merupakan sahabat dekat Nabi. Hafshah berusia sekitar 19 tahun ketika Nabi Muhammad menikahinya. Sebelumnya, Hafshah mempunyai suami bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahmiy namun meninggal ketika ikut berperang pada pertempuran Badar. Untuk menggantikan suaminya yang sudah meninggal, Umar pun pergi menawarkan Hafshah kepada Utsman bin Affan. Yang mana Utsman tidak bisa menjawab langsung, sehingga ia meminta Umar menunggu beberapa hari. Setelah lewat beberapa hari, Utsman pun mendatangi Umar dan berkata bahwa dirinya berkesimpulan saat itu bukan waktunya untuk dirinya menikah. Maka Umar pun pergi menawarkan anaknya ke Abu Bakar. Namun Abu Bakar tidak kunjung memberikan jawaban. Beberapa hari kemudian, Rasulullah meminta Hafshah untuk dinikahkan dengan beliau.

Nabi Muhammad SAW menikahi Saudah setelah wafatnya Khadijah dalam bulan itu juga, Ramadhan, tahun ke-10 pasca kenabian, 3 tahun sebelum Hijrah. Ayah Saudah masih hidup ketika Rasulullah menikahinya. Saudah dikenal sebagai perempuan bijak dan penyayang. Ketika ia mulai tua, ia rela memberikan hari-hari gilirannya untuk bersama Rasulullah kepada Aisyah yang merupakan istri favorit Sang Nabi, demi menyenangkan beliau dan supaya dirinya tidak jadi diceraikan oleh beliau. Saudah adalah istri Rasulullah yang terlibat langsung dalam peristiwa sebab turunnya ayat hijab.

4. Shafiyah binti Huyay
Shafiyah binti Huyay merupakan seorang wanita bangsawan, yang merupakan putri Huyay bin Akhtab, kepala suku Yahudi, Banu Nadir, yang dieksekusi oleh pihak Nabi Muhammad setelah menyerah pada Perang Khandaq. Suami pertamanya adalah seorang penyair bernama Sallam bin Mishkam yang mana kemudian mereka bercerai. Suami keduanya adalah seorang komandan bernama Kinana bin Ar-Rabi. Pada tahun 628, saat pertempuran Khaybar, Banu Nadir dikalahkan. Kinana yang saat itu masih berstatus suami Shafiyah dieksekusi atas perintah Nabi setelah dirinya menolak memberi tahu di mana lokasi tempat persembunyian harta karun Banu Nadir.
Seusai perang, Shafiyah menjadi salah satu tawanannya pihak muslim. Salah seorang sahabat Nabi, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, meminta kepada Nabi supaya diperbolehkan mengambil salah satu tawanan untuk dijadikan budak olehnya. Nabi pun mengizinkan dan Dihyah mengambil Shafiyah. Mengetahui hal itu para sahabat Nabi lainnya melapor kepada Nabi, bahwa Dihyah telah mengambil putri dari kepala suku Banu Nadir yang kecantikannya begitu luar biasa dan belum pernah mereka lihat sebelumnya. Nabi pun memanggil Dihyah dan mengambil Shafiyah untuk diri beliau, lalu memberikan kepada Dihyah dua sepupu Shafiyah. Nabi kemudian mengirimkan Shafiyah ke ibu dari Anas bin Malik untuk dihiasi. Dan malamnya dikembalikan kepada Rasulullah untuk beliau nikahi. Shafiyah belum genap berusia 17 tahun pada saat itu.

5. Maimunah binti al-Harits
Maimunah memiliki nama asli Barrah, namun Nabi Muhammad merubahnya menjadi Maimunah yang berarti "berita baik". Maimunah berasal dari klan borjuis Banu Hilal. Saudara perempuannya, Lubabah menikah dengan Abbas bin Abdul-Mutthalib yang merupakan salah satu orang terkaya dari Bani Hasyim, yang mana kemudian menjadi wali-nya Maimunah. Maimunah dinikahi oleh Rasulullah ketika beliau sedang melaksanakan umrah, namun baru dikumpuli setelah beliau selesai menjalankannya.
Maimunah dikenal sebagai perempuan yang baik hati. Ia pernah memiliki seorang budak perempuan yang kemudian ia bebaskan tanpa izin sang Nabi. Di saat waktu gilirannya bersama Nabi, ia pun menceritakan apa yang telah dilakukannya. Nabi pun berkata kepada Maimunah, bahwa ketimbang membebaskannya, Maimunah akan mendapatkan pahala yang lebih besar bilamana ia memberikan budak itu kepada salah satu paman dari pihak ibunya.
Maimunah pernah memiliki anak anjing yang ia simpan di bawah tempat tidurnya. Pada suatu hari ia melihat suasana hati Sang Nabi sedang buruk. Rupanya itu dikarenakan Malaikat Jibril tidak menepati janjinya menemui beliau di malam sebelumnya. Sang Nabi pun teringat dengan anak anjing di bawah tempat tidur Maimunah. Beliau pun memerintahkannya untuk dikeluarkan. Dan menyiramkan air di tempat tersebut. Ketika malam tiba, Malaikat Jibril pun datang dan menginformasikan beliau bahwa dirinya tidak memasuki rumah yang ada anjing ataupun gambar di dalamnya. Lalu pada pagi hari, Sang Nabi pun memerintahkan agar tiap-tiap anjing supaya dikeluarkan, termasuk yang masih kecil. Namun membiarkan anjing yang ditugaskan untuk menjaga perkebunan besar.

6. Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)
Ramlah adalah anak dari Abu Sufyan, yang merupakan salah seorang pemimpin dan pedagang dari suku Quraisy. Abu Sufyan kerap memimpin kafilah-kafilah dagang besar dari dan menuju Syam. Namun karena sering dicegat dan dijarah oleh pasukan yang dikirimkan Rasulullah, ia pun menjadi salah satu penentang awal beliau. Berbeda dengan ayahnya, Ramlah telah menemukan hidayah dari islam sejak awal kerasulan. Pada tahun 615 M, ia bersama suaminya, Ubaydallah bin Jahsy berhijrah dengan beberapa umat muslim lainnya ke sebuah kerajaan kristen di Habasyah. Suaminya Ramlah masuk kristen dan meninggal ketika di sana.
Setelah masa iddah-nya usai, Ramlah yang saat itu masih di Habasyah menerima surat lamaran dari Rasulullah. Raja Najasyi yang beragama kristen pun turut memberikannya selamat dan hadiah berupa uang 400 dinar (koin emas) serta parfum-parfum terbaik. Sepulangnya ke Hijaz dan pasca hijrah ke Madinah, Ramlah menceritakan apa-apa saja yang dialaminya ke Rasulullah, termasuk bagaimana kuburan-kuburan di sana menggunakan nisan bergambar. Rasulullah pun mengutuk apa yang dilakukan orang-orang tersebut dan mengatakan mereka adalah makhluk terburuk di mata Allah.

7. Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)
Hindun berusia sekitar 28 tahun ketika dinikahi Nabi Muhammad. Dia berasal dari klan Mughirah yang merupakan salah satu klan terkaya dari suku Quraisy. Ia memiliki kunya atau nama panggilan Umm Salamah, karena ia mempunyai anak bernama Salamah. Sebagaimana Rasulullah yang kerap dipanggil Abul Qasim karena mempunyai anak bernama Qasim yang meninggal di usia muda. Sebelum dinikahi Rasulullah ia mempunyai suami bernama Abdullah bin Abdulasad yang meninggal karena luka pertempuran yang dialaminya pada Perang Uhud semakin memarah setelah dikirimkan kembali oleh Rasulullah untuk berperang ke Qatan, tempat bermukimnya suku Banu Asad bin Khuzaymah.

8. Zainab binti Jahsy
Zainab binti Jahsy adalah sepupu Nabi Muhammad dan sebelumnya merupakan istri dari anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Menurut Aisyah yang merupakan istri kesayangan Nabi, Zainab memiliki kecantikan yang setara dengannya. Dilaporkan oleh ath-Thabari bahwa pada suatu ketika, Nabi Muhammad mencari Zaid ke rumahnya. Namun Nabi hanya menemukan Zainab yang hanya mengenakan pakaian dalamnya. Nabi pun berujar: "Terpujilah Allah yang maha kuasa! Terpujilah Allah, yang membolak balikkan hati manusia!" Sepulangnya Zaid, Zainab pun menceritakan peristiwa ini kepadanya. Mengetahui hal tersebut, Zaid pun bersegera ke hadapan Rasulullah, dan menanyakan, apabila beliau menginginkan Zainab maka ia akan segera berpisah dengannya. Namun Rasulullah berkata kepada Zaid, "Pertahankanlah terus istrimu," Zaid pun sadar akan hal itu dan tidak mendekati Zainab lagi, dan mereka pun bercerai beberapa saat setelahnya. Ketika Rasulullah berbicara dengan Aisyah, firman Allah datang kepada beliau. Dan beliau pun berkata, "Siapa yang akan pergi mengabarkan berita baik ke Zainab, bahwa Allah telah mengawinkanku dengan dirinya?" Nabi pun menikah dengan Zainab setelah masa iddah-nya selesai. Dengan mas kawin 400 dirham.

9. Juwairiyah binti al-Harits
Juwairiyah sebelumnya adalah tawanan milik pihak Nabi Muhammad dari suku Bani Mustaliq yang beliau serang tanpa peringatan. Sang Nabi mendapatkan banyak tawanan pada saat itu sehingga beliau membagi-bagikannya kepada umat muslim. Juwairiyah adalah salah satu yang dibagikan oleh Rasulullah dan ia jatuh ke tangan Tsabit bin Qais. Menurut Aisyah, Juwairiyah adalah perempuan yang sangat cantik, setiap orang yang memandangnya pasti jatuh cinta. Juwairiyah meminta kepada Tsabit untuk membuat perjanjian supaya dia dapat membayar kebebasan dirinya dengan jumlah tertentu. Maka Juwairiyah pun pergi ke Nabi Muhammad, memohon agar beliau membantunya menebus kebebasan dirinya. Sang Nabi pun menawarkan bahwa beliau akan melakukannya apabila Juwairiyah mau menjadi istri beliau. Juwairiyah pun setuju. Kabar akan hal ini pun tersebar ke orang-orang. Mereka berkata: "Berarti kaum ini saudara Rasulullah." Maka kaum muslimin pun mengembalikan tawanan-tawanan yang mereka pegang.

Demikianlah pembahasan singkat 11 istri Rasulullah SAW yang harus dikenal oleh setiap orang muslim untuk menambahkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengenali pribadi nabi dan keluarganya.

Posting Komentar untuk "11 Istri Rasulullah Muhammad SAW Dalam Kitab Jalaul Afham Syarah Aqidatul 'Awam"