Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Penamaan Ayat Kursi dan Keutamaannya

Nasehat Setan Pada Abu Hurairah Tentang Ayat Kursi

Dalam Al Qur'an terdapat ayat yang disebut ayat kursi, satu ayat yang banyak keutamaan dan menjadi amalan serta selalu ada dalam wiridan-wiridan khusus orang Islam. Ayat kursi memiliki makna penegasan bahwa Allah swt merupakan satu-satunya Sang Penolong dan Pemberi segala apapun dalam kehidupan hingga pasca kematian. Ayat tersebut sangat populer dan terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 255, terletak dipermulaan juz 3.

Penamaan Ayat Kursi
Dinamakan ayat kursi (آيَةُ الْكُرْسِىِّ) sebab di dalam ayat tersebut terdapat kalimat kursiyyuhu (كُرْسِيُّهُ). Al Habib Quraish Shihab dalam buku Kosakata Keagamaan mengutarakan bahwa kata ayat bisa dimaknai sebagai tanda. Hal tersebut sebab tanda berpotensi untuk menjadi bukti sekaligus pelajaran yang menakjubkan. Ayat kursi yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255 menjadi satu-satunya ayat Al Quran yang menggunakan kursi. Pada akhir ayat, lafadz wasi’a kursiyyuhu al-samawat wal-ardh, dengan gamblang menggunakan kata Kursi. Ulama berbeda pendapat memaknai hal ini. Secara umum, kata “kursi” tidak boleh diartikan sama dengan arti yang biasa digunakan oleh manusian yaitu kursi sebagai tempat duduk.

Dalam Tafsir Nadhm al-Durar Fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, Ibrahim bin ‘Umar al-Biqai menafsirkan kata kursi sebagai berikut,

{وسع كرسيه} ومادة كرس تدور على القوة والاجتماع والعظمة
“(Wasi’a Kursiyyuhu), luas nya kursi tersebut menunjukkan kekuatan, besar, dan agung”.

Selain itu, ada yang mengatakan bahwa kursi diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah yang juga dinamai sebagai ‘Arsy yang secara harfiah berarti singgasana, namun tidak diketahui hakikatnya. Al Habib Quraish Shihab menjelaskan bahwa di dalam Ayat Kursi terdapat tujuh belas kali kata yang menunjuk kepada Allah SWT, satu diantaranya tersirat. Selanjutnya, terdapat lima puluh kata dalam susunan redaksinya. Quraish Shihab melanjutkan bahwa pengulangan tujuh belas kata yang menunjuk nama Allah tersebut bila dihayati akan memberikan kekuatan tersendiri bagi para pembacanya. Disisi lain, Imam al-Biqai meneruskan penafsirannya tentang kekuatan ikatan Ayat Kursi dengan Allah, ia berkata:
“Lima puluh kata adalah lambang dari lima puluh kali shalat yang pernah diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw ketika dirinya berada di tempat yang Maha tinggi dan saat peristiwa Mi’raj. Lima puluh kali itu kemudian diringankan menjadi lima kali dengan tujuh belas rakaat sehari semalam. Disisi lain, perjalanan menuju Allah ditempuh oleh malakaikat dalam lima puluh tahun menurut perhitungan manusia”
Penjelasan ini selaras dengan ayat dalam Qur'an Surat al-Ma’arij ayat 4,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya mencapai lima puluh tahun”.

Hal tersebut dapat dijadikan bukti bahwa makna ayat kursi dalam pandangan ulama tafsir sebagai ayat yang selalu dikaitkan dengan perlindungan Allah. Jika ayat tersebut selalu ada dalam hadirat Allah, gangguan tidak mungkin menyentuh sesorang. Setan tidak mungkin mendekat, bahkan ia akan menjauh. Itulah mengapa Ayat Kursi selalu menjadi bacaan andalan untuk mengusir para setan atau jin yang menghadang manusia.

Dalam penjelasan lain, Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munirnya mengemukakan bahwa makna asal Al Kursi adalah Al ‘Ilmu (ilmu). Oleh sebab itu para ulama disebut juga dengan sebutan al karaasi karena mereka adalah orang-orang yang dijadikan pegangan atau sandaran. Selanjutnya, Syaikh Wahbah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Al Kursi dalam ayat tersebut ialah keagungan Allah SWT. Jadi tidak ada apa namanya al kursi (kursi atau tempat duduk), tidak ada al qu’ud (duduk) dan tidak ada al qaa’id (yang duduk). Hal ini seperti firman Allah dalam Surat Az Zumar ayat 67.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az Zumar: 67)

Hal lain dijelaskan oleh Imam Hasan Al Bashri yang berpendapat bahwa maksud Al Kursi di dalam ayat ini adalah arsy. Sedangkan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “yang benar adalah bahwa Al Kursi bukanlah arsy karena arsy lebih besar dari al kursi sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits dan atsar.

Bacaan Ayat Kursi dan Artinya

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
(Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim)
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah: 255)
Hadis tentang Ayat Kursi

Berikut beberapa hadist yang menjelaskan tentang ayat kursi,

عن أُبي هو ابن كعب أن النبي – صلى الله عليه وسلم – سأله أي آية في كتاب الله أعظم قال: الله ورسوله أعلم فرددها مرارا ثم قال: آية الكرسي قال” ليهنك العلم أبا المنذر والذي نفسي بيده إن لها لسانا وشفتين تقدس الملك عند ساق العرش (وقد رواه مسلم .. وليس عنده زيادة والذي نفسي بيده إلخ
Dari Ubay bin Ka’ab, sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bertanya kepadanya tentang ayat apakah yang paling agung dalam Kitabullah ? Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau ulang pertanyaannya beberapa kali. Kemudian Ubay menjawab, “Ayat kursi.” Maka Rasulullah mengatakan, “Selamat bagi anda wahai Abu Mundzir dengan ilmu Anda. Demi yang jiwaku yang ada di tangan-Nya. Sesungguhnya (ayat Kursi) mempunyai mulut dan dua bibir yang disucikan para Malaikat di kaki Arsy.” (HR. Muslim)

وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan setan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu setan.” (HR. Bukhari, No. 3275)

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ اِلاَّ اَنْ يَمُوْتَ
Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian. (HR. An-Nasai Al Kubro 9: 44)

إِذَا قَرَأَتْهَا غُدْوَةً أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأَتْهَا حِيْنَ تُمْسِي أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ
Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang. (HR. Al Hakim 1: 562)

Setan Memberi Amalan Ayat Kursi Kepada Abu Hurairah
Di dalam hadis, disebutkan bahwa Abu Hurairah pernah dinasehati oleh setan untuk membaca ayat kursi sebagaimana hadis berikut,

دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311)

Keutamaan Ayat Kursi
1. Keutamaan dari Ayat Kursi yang teramat mulia ini adalah sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Addurrul Mantsur, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إنها أعظم اية في القران كتاب الله
“Sesungguhnya ia (Ayat Kursi) adalah ayat yang sangat agung yang terdapat dalam Al-qur’an.”
Terdapat sebuah riwayat yang mengatakan: “Bacalah Ayat Kursi karena dapat menjaga dirimu, anak-anakmu dan tempat tinggalmu serta rumah yang ada disekitar tempat tinggalmu. Apabila dibaca pada pagi hari dan petang hari maka akan aman dari gangguan jin. Apabila engkau membacanya ketika engkau hendak tidur maka Allah akan menjagamu sehingga setan tidak akan mampu mendekatimu hingga pagi hari.”

2. Dalam riwayat lainnya dikatakan bahwa membaca Ayat Kursi adalah setara dengan membaca seperempat al-Qur’an.
Dalam kitab Taisiril Ushul Ila Jami’ Ushul Min Hadits Rasul صلى الله عليه وسلم karya dari seorang ulama besar Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’iy Asy-Syaibani Asy-Syafi’I ان الله يقدس روحه في الجنة وينور ضريحه , diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إن لكل شيء سناما، وإن سنام القران سورة البقرة، وفيها اية سيدة اي القران اية الكرسى.
“Sesungguhnya segala sesuatu pasti memiliki punuk dan punuknya al-Qur’an adalah surat al-Baqarah dan di dalamnya terdapat penghulu dari ayat-ayat al-Qur’an yaitu, Ayat Kursi.” (HR. at-Turmudzi)

3. Diriwayatkan dalam tafsir sirajul munir karangan Imam Asy-Syarbini mengatakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan an-Nasa’i bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

من قرأ اية الكرسى دبر كل صلاة مكتوبة، لم يعنمه من دخول الجنة إلا الموت
“Barangsiapa membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada yang dapat mencegahnya untuk masuk ke dalam surga kecuali kematian.”
Yang dimaksud kecuali kematian pada hadits tersebut diatas adalah apabila telah datang ajalnya maka dia pasti akan dimasukkan ke dalam surga.

4. Al-Baihaqy dalam kitabnya Syi’bil Iman meriwayatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tidaklah seseorang itu selalu membacanya (Ayat Kursi) itu, kecuali dia adalah seorang shiddiq atau ‘abid (ahli ibadah).” Dalam riwayat lainnya dikatakan: “Barangsiapa membacanya ketika dia akan mulai tidur maka Allah akan memberikan keamanan baginya, bagi tetangganya, bagi tetangga dari tetangganya dan bagi rumah-rumah yang ada disekitarnya.”

Diriwayatkan, jika Ayat Kursi dibaca pada sebuah rumah maka setan tidak akan mendatangi rumah itu selama 30 hari, dan sihir tidak akan mampu masuk ke rumah itu selama 40 hari. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada Sayyidina Ali رضي الله عنه : “Wahai Ali, ajarkanlah ini kepada anak-anakmu, kepada keluargamu dan kepada para tetanggamu, karena tidak diturunkan ayat yang lebih mulia dari ayat ini (ayat kursi).”

Pada suatu ketika, para sahabat sedang membicarakan mengenai keutamaan ayat-ayat dalam al-Qur’an, maka Sayyidina Ali رضي الله عنه mengatakan kepada mereka, bagaimana menurut kalian tentang ayat kursi? Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda kepadaku:

“Wahai Ali sayyidul basyar (pemimpin para manusia) adalah Nabi Adam, pemimpin seluruh bangasa Arab adalah Muhammad dan tidaklah aku bangga karena ucapan ini, pemimpin dari orang-orang Parsi adalah Salman, pemimpin dari golongan Romawi adalah Shuhaib, pemimpin dari kaum Habasyah adalah Bilal, pemimpin semua hari adalah hari jum’at, pemimpin seluruh kitab adalah Al-Qur’an, pemimpin seluruh surat dalam Al-Qur’an adalah Al-Baqarah, pemimpin seluruh surat dalam AL-Baqarah adalah Ayat Kursi.”

5. Dalam kitab Nawadiril Ushul diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril عليه السلام bertemu dengan Nabi Musa عليه السلام . Malaikat Jibril berkata : “Sesungguhnya Tuhanmu mengatakan bahwa barangsiapa membaca sekali dalam selesai shalat fardhu:

اللهم إني أقدم إليك بين يدي كل نفس ولمحة وطرفة يطرف بها أهل السماوات وأهل الأرض وكل شيئ هو في علمك كائن أو قد كان، أقدم إليك بين ذلك كله : اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَنَوْمُُ لَّهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيم.
Sesungguhnya siang dan malam itu ada 24 jam dan pada setiap 1 jam diangkat sebanyak 70 juta kebaikan bagi orang yang membacanya dan para Malaikat akan sibuk mencatat (besarnya kebaikan) dari bacaan itu.”

6. Dalam durratun nashihin, menukil dari kitab hayat al-quyub halaman 240, majlis fi bayan al-baka’ (perihal menangis), dijelaskan bahwa :

Ketika sudah saatnya hari kiamat, seorang hamba dibangkitkan di hadapan Allah سبحانه وتعالى kitab catatan amalnya disodorkan, ternyata lebih banyak keburukannya. Kemudian dia berkata: الهى ما فعلت هذه السيئات؟ (Ya Tuhanku, aku tidak lakukan keburukan semua ini). Maka Allah سبحانه وتعالى berfirman: ان لي شهودا ثقات (Sungguh pada-Ku ada saksi-saksi yang kuat). Lalu, ia (‘abd) pun menoleh ke kanan dan ke kiri, tiada menemukan seorang saksipun, kemudian dia berakata: يا رب أين الشاهد؟ (Ya Tuhan, dimana saksi bagiku?). Kemudian Allah سبحانه وتعالى menyuruh anggota-anggota tubuhnya supaya menjadi saksi, merekapun bersedia. Kedua telinganya (‘abd) berkata: انا سمعنا وعلمنا أنه قد عمل (Kami benar-benar telah mendengar dan tahu pasti bahwa ia telah melakukannya). Kedua matanya berkata: انا قد نظرنا (akupun melihatnya). Berkata lisannya: قد قلت (aku juga mengucapkannya). Kedua tangannya berkata: انا فعلنا (sesungguhnya kami telah melakukannya). Farjinya pun berkata: انا زنيت (aku telah berbuat zina).

Maka ia (‘abd) pun gusar. Kemudian Allah سبحانه وتعالى menyuruhnya masuk neraka. Namun pada bola mata kanannya terlihat seutas rambut mata memohon idzin kepada Allah سبحانه وتعالى untuk berbicara. Maka Allah سبحانه وتعالى menizinkannya. Ia pun berbicara: يا رب الست قلت اي عبد اغرق شعرة واحدة من اجفانه بدموع عينيه من خشيتي الا انجيته من النار؟ (Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berfirman “Siapapun dari seorang hamba yang tenggelam basah seutas rambut dari rambut matanya dengan air matanyakarena takut pada-Ku, maka Ku bebaskan ia dari neraka”?. Maka Allah سبحانه وتعالى menjawabnya: بلى (Ya, benar). Rambut mata tadi pun berkata: انا اشهد ان هذا العبد المذنب قد اغرقني بالدموع من خشيتك (aku bersaksi, bahwa hamba yang berdo’a ini telah membasahiku dengan air matanya akibat takut pada-Mu). Akhirnya Allah سبحانه وتعالى menyuruh masuk ke surga. Selanjutnya terdengar suara, الا ان فلانا بن فلان قد نجا من النار بشعرة واحدة من اجفان عينيه (“Ketahuilah, bahwa si fulan bin fulan terbebas dari api neraka, berkat seutas rambut dari sekian rambut mata.”).

Posting Komentar untuk "Asal Penamaan Ayat Kursi dan Keutamaannya"