Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Gus Mus Ingin Mencuri Tebu Kyai Marzuki Lirboyo

Karomah KH. Marzuki Dahlan

Kisah ini merupakan pengalaman menakjubkan dari Gus Mus yang bercerita masih nyantri di Pondok Pesantren Lirboyo. Kisah ini kerap Gus Mus ceritakan dalam pengajiannya, apalagi saat bersama santri Lirboyo. Kejadian pada saat itu pengasuhnya ialah KH. Marzuqi Dahlan. Dalam kisahnya Gus Mus menuturkan sebagai berikut,

Saat itu saya bersama kawan-kawan sedang berkumpul merencanakan untuk mencuri tebu milik KH. Marzuki Dahlan. Kebetulan dikala itu saya dengar sebentar lagi tebu akan segera ditebang. Untuk itu, saya berencana mencuri beberapa lonjor tebu bersama kawan-kawan. Kami saat itu sedang bersiap-siap untuk menjalankan aksi pencurian tebu. Kebetulan, lokasi kamar Mars yang saya tempati itu dekat dengan rumahnya Mbah Marzuqi. Saya berjalan paling depan. Namun, ketika saya lewat depan ndalem (rumah pengasuh), tiba-tiba saya dipanggil oleh Mbah Marzuqi.

“Gus, Gus, mriki.” (Gus, Gus, kesini) kata beliau yang dengan siapa saja selalu memakai bahasa Jawa kromo, walaupun itu kepada santrinya yang masih anak kecil. Saya pada waktu itu baru saja masih lulus SR (Sekolah Rakyat, setara SD). Ternyata beliau benar-benar memanggil saya. “Mriki-mriki, Gus!” (Kesini Gus)

Panggilan beliau itu tentu membuat saya kaget, sebab bersamaan sekali dengan kegiatan saya yang akan mencuri tebu milik kyai bersama kawan-kawan. Saya lantas mendekat, lalu ditanya begini.

“Gus, sampean doyan tebu?” (Gus, anda suka tebu?)

Spontan saja, saya kaget bukan main. Saya keringetan pada saat itu. Pertanyaan ini membuat saya terdiam dan takut. Saking takutnya, saya tidak bisa bergerak sama sekali. Sebab, sebelumnya saya tidak menyangka tiba-tiba beliau kok bertanya seperti itu. ”Nanyanya kok pas sekali.” (pertanyaannya sangat pas sekali) gumam saya dalam hati.

Beliau lalu menyuruh saya menunggu. Sebentar kemudian beliau keluar dari ndalemnya dengan memanggul seonggok lonjor tebu. Beliau bilang, “Niki sampean kula pilihaken sing apik-apik Gus.” (Ini, untuk anda saya pilihkan yang bagus-bagus Gus). Setelah tebu itu diberikan kepada saya, beliau berkata, “Niki dipun bagi kalih rencang-rencang lintune nggih?” (Ini dibagi pada teman-teman yg lain ya?)

Setelah menyaksikan peristiwa itu, akhirnya saya dan kawan-kawan tidak jadi mencuri tebu. Saya jadi bertanya-tanya, kira-kira siapa orang yang telah membocorkan rencana itu? Padahal saat itu beliau kan tidak tahu rencana saya dan kawan-kawan.

Itulah kisah yang disampaikan Gus Mus dalam menggambarkan karomah yang dimiliki oleh KH. Marzuki Dahlan, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Kisah ini disadur dari lirboyo.net.

Posting Komentar untuk "Kisah Gus Mus Ingin Mencuri Tebu Kyai Marzuki Lirboyo"