KH Zulfa Mustofa, Kiai Muda Indonesia Pengarang Kitab Tuhfatul Qashi wa Dani
Bait dalam nadzaman dalam pembelajaran ilmu keagamaan merupakan hal yang lumrah dipergunakan, baik dalam ilmu nahwu, shorrof, i'lal, sejarah/shirah, fiqih, tasawwuf, akhlak, tajwid, maupun tauhid. Melantunkan nadzaman-nadzaman tersebut merupakan keilmuan dengan ciri khas dalam dunia pesantren. Dengan bait tersebut dapat memudahkan santri dalam memperajarinya, juga mempermudah dalam menghafal dan memahami isi kandungannya.
Kitab Nadzam Tuhfatul Qashi wa Dani
Diantara kitab nadzam yang dikarang oleh kyai Indonesia ialah Kitab Tuhfatul Qashi wa Dani yang dikarang oleh KH. Zulfa Mustofa. Kitab ini merupakan nadzam yang menggambarkan serta menceritakan Syekh Nawawi Al-Bantani dan Keistimewaan-kelebihan Organisasi Nahdlatul Ulama yang dikemas dalam bentuk bait-bait nadzam.
Kitab Tuhfatul Qashi wa Dani adalah kitab ketiga yang dikarang Kiai Zulfa setelah kitab Al-Fatwa wa Ma La Yanbaghi Li al-Mutfaqqih Jahluhu dan Diqqat al-Qonnas fi Fahmi Kalam al-Imam al-Syafi’i. Kitab yang berisi 50 bait nadzam ini ditulis kurang lebih selama 100 hari, dimulai tanggal 13 Agustus 2021 dan selesai 10 November 2021.
Dalam menjelaskan Syekh Nawawi dan Keistimewaan Nahdlatul Ulama, Kiai Zulfa menguraikannya dengan bait-bait nadzam dengan lantunan bahar rojaz. Sebuah pola dalam menggubah syair arab yang banyak dijumpai di dalam kitab-kitab nadzam di pesantren, yang dibaca oleh para santri sebelum memulai pelajaran. Dan untuk mempermudah kepada para pembaca, nadzam yang berisi 50 bait ini, diberi nama oleh Kiai Zulfa dengan Al Mandzumah An Nawawiyah Wal Khasais An Nahdliyah. Dan dalam nadzam tersebut juga tidak ada bait-bait yang dikarangnya dengan bahar yang berpola tadwir.
Di dalam Kitab Tuhfah ini Kiai Zulfa menulis tentang Syekh Nawawi mulai dari kehidupannya, nasabnya, guru-gurunya, muridnya yang tersebar di Indonesia dan asia tenggara, dan karya-karyanya. Dan Kiai Zulfa menjelaskan bahwa kakeknya Abdullah ibn Umar adalah saudara kandung dari Syekh Nawawi Banten.
Kiai Zulfa membagi tiga bab dalam Kitab Tuhfah ini. Bab pertama berisi tentang perjalanan hidup Syekh Nawawi Banten. Kiai Zulfa menjelaskan tentang kehidupannya mulai dari lahir hingga wafat. Lalu pendidikan dan perjuangannya melawan penjajah. Dan juga membahas kondisi atau situasi yang menyelimuti perjalanan hidup Syekh Nawawi.
Pada bab kedua Kiai Zulfa menulis tentang peran guru Syekh Nawawi, murid-muridnya, sahabat-sahabatnya, dan karya-karyanya. Di dalamnya Kiai Zulfa menjelaskan peran guru Syekh Nawawi baik yang ada di Indonesia atau pun yang ada di Hijaz. Lalu karyanya terutama pandangan Syekh Nawawi dalam ilmu tafsir, fiqih, dan tasawuf. Dan juga membahas kiprah murid-murid Syekh Nawawi sehingga karya-karyanya sersebar sampai ke pelosok nusantara.
Dan pada bab ketiga Kiai Zulfa menjelaskan tentang pengaruh ilmiah Syekh Nawawi unuk generasi penerus bangsa Indonesia. Kiai Zulfa menyebut pengaruh ilmiah Syekh Nawawi tersebar hingga organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, karena pencetus organisasi keagamaan kedua tersbut ialah murid Syekh Nawawi yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Dan Kiai Zulfa menjelaskan, salah satu kokohnya Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia karena karya-karya Syekh Nawawi yang sudah tersebar ke seluruh pelosok Indonesia.
Biografi KH. Zulfa Mustofa
KH. Zulfa Mustofa merupakan Kiai muda Nahdhatul Ulama' yang lahir di Warakas Tanjung Priuk Jakarta Utara. Beliau lahir pada tanggal 7 agustus 1977 dari pasangan KH. Muqorrobin Yusuf dan Nyai Latifah Ma’mun. Pendidikan formal beliauu ialah di SD al-Jihad Tanjung Priuk Jakarta hingga kelas tiga SD. Namun, ketika naik ke kelas empat SD, beliau melanjutkan sekolah ke Pekalongan Jawa Tengah sampai tamat.
Setelah lulus tingkat dasar, Kiai Zulfa selanjutnya meneruskan pendidikan sekolah menengah pertamanya di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Simbangkulon. Lagi-lagi saat beliau naik ke kelas 2 tsanawiyah, ia pindah ke Kajen Pati Jawa Tengah hingga tamat Madrasah Aliyah.
Diantara guru dan kiai yang sangat dikengan oleh beliau selama sekolah dan nyantri di Kajen ialah Al-arif Billah KH Abdullah Salam, KH. A. Rifai Nasuha, KH A. Fayumi Munji, KH. M. A. Sahal Mahfudz (Rais Aam PBNU tahun 1999-2014 dan Ketua Umum MUI Pusat tahun 2000-2014) dan KH Zainudin Dimyathi. Sebagaimana diketahui bahwa KH Abdullah Salam, KH. Rifa’i Nasuha dan KH. A. Fayumi Munji merupakan guru dari KH. M. A. Sahal Mahfudz.
Setelah menyelesaikan sekolah Madrasah Aliyah, Tepatnya pada tahun 1996. Ada keinginan besar dalam dirinya untuk melanjutkan pendidikan keagamaannya di Timur Tengah. Namun hal tersebut tidak terwujud, karena tepat malam hari raya idul fitri sang ayah meninggal dunia. Dengan rasa sedih yang mendalam, Kiai Zulfa muda akhirnya mengurungkan niatnya untuk belajar di negeri Asia Barat Daya tersebut.
Sepeninggal ayahnya, di usia 19 tahun, Kiai Zulfa muda mulai menggantikan posisi ayahnya untuk mengajar di majelis-majelis yang diasuh semasa ayahnya masih ada. Mulai dari majelis taklim peninggalan ayahnya yang bernama majelis taklim Darul Mustofa hingga majelis taklim lainnya.
Posting Komentar untuk "KH Zulfa Mustofa, Kiai Muda Indonesia Pengarang Kitab Tuhfatul Qashi wa Dani"