Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Humor Sang Ahli Nahwu, Sa’ad bin Syadad al-Kufi



Keahlian seorang alim terhadap humor menjadi ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh ilmuan-ilmuan modern. Dalam ungkapannya disebutkan bahwa Gurauan merupakan sesuatu yang digemari dikalangan ulama, kerena dengan gurauan dapat meringankan jiwa dalam menghadapi kehidupan

 اَلْمَزَاحُ فِي حُدُوْدِ الْأَدَبِ شَيْءٌ مَرْغُوْبٌ مَحْبُوْبٌ، لِأَنَّهُ يُخَفِّفُ عَنِ النُّفُوْسِ بَعْضَ الْعَنَاءِ وَالْكَدِّ فِي زِحَامِ الْحَيَاةِ

Diantara humor yang sering dikisahkan dalam pelajaran gramatika arab -nahwu dan shorrof- ialah kisah Sa'ad bin Syadad al-Kufi yang merupakan seorang linguis Arab, dia dikenal sebagai sosok yang humoris dan gemar bercanda. Kisah ini tersebut dalam catatan kitab Bughyat al-Wu’at fi Tabaqaati al-Lughowiyyin wa al-Nuhat halaman 81 yang disusun oleh Syekh Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuti.

Suatu ketika terjadi perselisihan antara Bani Rasib dan Bani Tufawah. Kedua kabilah ini berdebat ihwal status bayi yang baru saja dilahirkan, apakah bayi itu termasuk dalam kabilah Bani Rasib atau Bani Tufawah. Dalam kisah ini tidak disebutkan, apakah bayi itu bayi temuan atau bayi yang lahir dari orang tua yang berasal dari kedua kabilah tersebut. Yang jelas kedua kabilah ini berdebat genting ihwal status bayi itu.

Singkat cerita kedua kabilah ini sepakat untuk mengadukan permasalahan ini kepada Ziyad bin Abihi yang kala itu menjabat sebagai menteri pada masa dinasti Umayah. Kala itu dinasti Umayah dipimpin khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.

Sampailah kedua kabilah ini di hadapan Ziyad bin Abihi, kebetulan saat itu Sa’ad bin Syadad juga sedang hadir di majlis Ziyad bin Abihi. Akhirnya diadukanlah perkara bayi ini kepada Ziyad bin Abihi. Masing-masing perwakilan kabilah diberi kesempatan untuk berbicara.

Sa’ad bin Syadad yang sedari tadi menyimak perdebatan kedua kabilah itu lalu nyeletuk, “Wahai Amir Ziyad bin Abihi! Bayi itu tercipta dari air, maka sudah sepantasnyalah kita mengembalikan kepada air. Ceburkan saja bayi itu ke dalam air, jika ia tenggelam (Arab: rasaba-yarsubu [رسب - يرسب]) maka ia berasal dari kabilah Bani Rasib, akan tetapi kalau bayi itu mengapung (Arab: tafaa–yatfuu [ طفا - يطفو ]), berarti ia berasal dari kabilah Bani Tufawah,” celetuk Sa’ad bin Syadad.

Tentunya Sa’ad bin Syadad yang jenaka itu bermaksud bercanda dan menghubung-hubungkan saja kasus bayi ini dengan pemahaman kebahasaan yang ia kuasai.

Mendengar kelakar Sa’ad bin Syadad, Amir Ziyad bin Abihi pun tertawa sekencang-kencangnya. Dan lalu menegur Sa’ad bin Syadad, “Bisakah kau tak berkelakar di majlis yang seserius ini,” tegur Amir Ziyad bin Abihi sambil terus tertawa.

Posting Komentar untuk "Humor Sang Ahli Nahwu, Sa’ad bin Syadad al-Kufi"