Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keramat Makam Syaikh Abdul Hamid Abulung



Syaikh Abdul Hamid Abulung adalah seorang kiai di antara tiga kiai yang sangat berjasa dalam pengembangan agama Islam di Kalimantan Selatan, khususnya pada abad ke-18. Tiga ulama’ besar Kalimantan Tersebut ialah Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syaikh Abdul Hamid Abulung, dan Syaikh Muhammad Nafis al-Banjari. Syaikh Abdul Hamid Abulung terkenal dengan sebutan Datu Abulung.

Syaikh Abdul Hamid Abulung hidup pada masa pemerintahan Sultan Tamhidullah yang berkuasa di Kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan pada 1778 – 1808 M. Syaikh Abdul Hamid Abulung memang kiai kontroversial. Paham-paham keagamaannya, khususnya dalam bidang ilmu tasawuf, mirip-mirip dengan pemikiran al-Hallaj atai Syaikh Siti Jenar di Jawa. Syaikh Abdul Hamid Abulung memiliki paham tasawuf wahdah al wujud, yang barangkali dipengaruhi oleh aliran Ittihad-nya Abu Yazid al-Bustami (w. 873 H.) dan paham Hulul-nya Hallaj (w. 923 H.) yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fanshuri, Syamsuddin as-Sumatrani, dan Syaikh Siti Jenar.

Walaupun demikian, Syaikh Abdul Hamid diakui telah banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam pengembangan Agama Islam di Kalimantan Selatan. Pengikutnya cukup banyak yang mengikuti jejaknya, yakni memperjuangkan Agama Islam. Hanya saja, karena pahamnya ini disampaikan kepada masyarakat awam -yang belum memiliki dasar teologi keimanan yang mapan- maka oleh penguasa kerajaan, Syaikh Abdul Hamid dijatuhi hukuman mati. Pihak kerajaan menganggap, ajaran syaikh berbahaya jika disebarkan kepada masyarakat awam yang belum memiliki iman yang kuat. Syaikh Hamid akhirnya divonis mati dengan cara dicancang lalu ditenggelamkan.

Hukuman itu pun dilaksanakan. Syaikh Hamid dimasukkan ke dalam kerangkang, lalu kerangkang itu ditenggelamkan ke sungai. Akan tetapi, menurut cerita masyarakat setempat, pada saat itu muncul karomah Syaikh Abulung. Meski ditenggelamkan ke dasar sungai, namun ketika tiba waktu sholat secara ajaib kerangkang itu naik ke atas sungai dan terlihatlah Syaikh Abulung sedang melaksanakan sholat. Setelah sholatnya selesai, kerangkeng itu pun tenggelam lagi. Hal itu terjadi berulang-ulang dan populer dalam cerita rakyat.

Belakangan, makamnya baru diketahui terletak kira-kira tiga kilometer di sebuah hilir dalam pagar. Kuburan ini dapat ditemukan atas petunjuk Kiai Haji Muhammad Nur, seorang ulama’ dan guru tarekat di Takisung (Kabupaten Tanah Laut). Kiai Muhammad Nur sendiri mengaku sebagai keturunan langsung dari Syaikh Abdul Hamid Abulung.

Hingga kini, makam Syaikh Abdul Hamid Abulung masih banyak dikunjungi umat Islam. Di antara karomah sang syaikh yang berkaitan dengan makamnya adalah bahwa makamnya yang berada di pinggir sungai itu tak bisa dihanyutkan air. Padahal, makam tersebut sering tergerus air sungai.

Sumber: Buku Karomah Para Kiai - Samsul Munir Amin

Posting Komentar untuk "Keramat Makam Syaikh Abdul Hamid Abulung"