Karomah Kiai Fuad Hasyim Sang Orator
Kiai Fuad Hasyim adalah salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Pemilik nama lengkap Muhammad Anis Fuad ini adalah putera dari Kiai Hasyim Buntet, yang jika diurutkan nasabnya ke atas akan sampai kepada Suanan Gunungjati, wali penyebar agama Islam di Jawa Barat.
Karomah Kiai Fuad Hasyim Sang Orator
Kiai Fuad lahir di Buntet Cirebon pada 26 Juni 1941. Selain belajar agama di Pondok Pesantren Buntet sendiri, Kiai Fuad juga pernah belajar di Pondok Pesantren KH. Ali Ma'sum di Lasem, kemudian kembali ke Buntet, dan selanjutnya nyantri kembali ke Pondok Pesantren Ploso, Pondok Pesantren Lirboyo, dan Pondok Pesantren Benda Pare Kediri.
Kiai Fuad dikenal sebagai seorang orator yang menggunakan hari-harinya untuk berceramah tentang agama Islam di berbagai wilayah, tidak hanya di Cirebon dan sekitarnya, melainkan juga di berbagai silayah Indonesia. Tidak hanya itu, Kiai Fuad bahkan melakukan ceramah-ceramah keagamaan dalam rangka melakukan tugas ke berbagai negara di luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia, India, Australia, Amerika, Belanda, Prancis, Jerman, dan beberapa Negara Eropa lainnya.
Dalam perjalanan ke manca negara tersebut, dia membawa oleh-oleh berharga bagi NU, yaitu dibukanya cabang-cabang NU di beberapa negara. Kiai Fuad juga dikenal sebagai salah seorang kiai diplomat khittah karena perjuangannya dalam menegakkan NU kembali ke Khittah 1926.
Sebagai seorang orator, Kiai Fuad memang memiliki daya tarik tersendiri. Setelah mondok di beberapa pesantren, dia kembali ke Buntet untuk kemudian mengajar dan menjadi seorang da'i. Selama hidupnya, Kiai Fuad sangat konsisten berjuang menegakkan agama Islam. Selain mengasuh Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet, hampir setiap harinya dia melakukan dakwah keliling dari panggung ke panggung sampai akhir hayatnya. Kiai Fuad juga pernah menjabat kepengurusan syuriyah PBNU di era kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid.
Ketika kebebasan berdakwah diawasi dengan ketat di negeri ini, Kiai Fuad adalah salah satu seorang kiai yang tidak luput dari pengawasan. Pernah dia berceramah di suatu daerah di Jawa Barat yang dikenal sebagai "daerah hitam", dan selepas ceramah dia dihadang oleh sekelompok preman dan jawara. Dia dikroyok oleh mereka yang tidak senang dengan dakwah-dakwah Kiai Fuad yang mungkin mengusik keberadaan mereka.
Kiai Fuad yang hanya hanya ditemani seorang santrinya, tentu saja babak belur dikroyok mereka, bahkan dia pun mengalami luka-luka. Dengan hartop kesayangannya, dia dan santrinya itu segera berlari meninggalkan lokasi dan mencari sebuah mushala untuk mengambil air wudlu. Dan begitu selesai berwudlu, atas kuasa Allah, luka dan babak belur di tubuh Kiai Fuad tiba-tiba hilang sama sekali, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Santri yang mengikuti perjalanan dakwah Kiai Fuad itu pun terheran-heran. Akan tetapi, si santri diam saja, tidak berani menanyakan kepada sang kiai.
Karomah lain yang diketahui secara umum tentang Kiai Fuad adalah kelebihan Kiai Fuad dalam berceramah. Yakni, ketika berceramah di Cirebon, dia akan menggunakan bahasa Cirebon. Ketika berceramah di daerah Tegal-Brebes, dia menggunakan bahasa daerah Tegal-Brebes selayaknya orang Tegal-Brebes. Ketika ceramah di daerah Yogyakarta, dia menggunakan bahasa daerah Yogyakarta. Ketika berceramah di daerah Surabaya, dia menggunakan bahasa daerah Surabaya. Ketika berceramah di daerah Sunda, dia menggunakan bahasa daerah Sunda. Demikian pula, ketika berceramah di luar negeri, dia menggunakan bahasa daerah setempat. Bahasa daerah dan bahasa setempat yang digunakan oleh Kiai Fuad sama persis dengan logat dan dialek bahasa setempat. Kiai Fuad memang dikenal sebagai seorang kiai yang menguasai beberapa bahasa tanpa pembelajaran yang wajar sebagaimana seseorang yang belajar bahasa. Dalam terminologi pesantren, cara belajar yang tidak biasa seperti ini disebut dengan ilmu ladunni.
Kiai yang dikenal sebagai orator ini, juga dikenal sebagai seniman pencipta lagu, tentu lagu-lagu yang diciptakannya adalah lagu-lagu religius, misalnya Ramadlan Suci dan lagu Syair berbahasa Arab tentang Nahdlatul Ulama. Kiai Fuad juga seorang penulis buku seperti Butir-Butir Hikmah Sufi, Jilid 1, 2, 3, dan Para Sahabat.
Kiai Fuad Juga diyakini sebagai seorang kiai yang memiliki karomah berbentuk kemampuan mempercepat perjalanan. Misalnya, ketika dia akan berceramah di Suradadi Tegal pada pukul 22.00, dia baru berangkat dari Cirebon pukul 21.30. Waktu yang setengah jam itu, untuk sebuah perjalanan dari Cirebon ke Tegal, secara rasional tentu tidak akan cukup. Akan tetapi, atas izin Allah dengan waktu setenga jam, Kiai Fuad bisa sampai ke tempat pengajian dengan tepat, tidak terlambat. Kejadian ini diyakini tidak hanya terjadi satu dua kali saja. Ketika dia akan berceramah di suatu kota di Jawa Timur, dia juga baru berangkat dari Cirebon satu jam sebelum acara di mulai, Kiai Fuad tidak terlambat datang di tempat ceramah di Jawa Timur itu. Padahal, dia berangkat tidak menggunakan pesawat terbang, melainkan kendaraan roda empat.
Sumber, Buku Karomah Para Kiai
Posting Komentar untuk "Karomah Kiai Fuad Hasyim Sang Orator"