Bekerja Profesional dalam Islam
Dalam keseharian, seseorang beraktifitas sesuai dengan kemampuannya. Aktifitas tersebut ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, dan ada pula yang hanya dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Pekerjaan menjadi penting untuk dilakukan, sebab dari bekerja seseorang mendapatkan harta untuk menafkahi diri dan keluarganya.
Definisi bekerja dalam glosarium kamus besar diartikan dengan melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Dari devinisi tersebut dapat dipahami bahwa dari sebab bekerja berakibat mendapatkan penghasilan.
Bekerja Profesional dalam Islam
Setelah seseorang bekerja atau mendapatkan pekerjaan, dia dituntut untuk profesional dalam bekerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh ahlinya, menjadikan hasil yang maksimal dan sesuai yang diharapkan. Berbanding balik dari hal itu, bahwa pekerjaan yang dikerjakan secara asal-asalan oleh seorang yang bukan dibidangnya, pasti mengalami kegagalan dan ketidakpuasan dalam hasil pekerjaan tersebut.
Nabi Muhammad SAW. dalam hadisNya menyampaikan bahwa Allah swt senang terhadap hambanya yang bekerja secara profesional.
إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
Para pekerja profesional secara berkas dapat ditandai dengan surat atau sertifikat yang menunjang terhadap profesinya. Seorang guru profesional tentu harus memiliki sertifikat pendidik. Hal itu menandakan bahwa selain secara umum guru dapat mengajar dikelas, dia mempunyai keahlian khusus dibidang mapel tertentu yang lebih dipahami dan digeluti. Begitu juga dengan profesi-profesi lainnya.
Pekerjaan Dunia dan Akhirat
Beberapa penceramah di media sosial, sering memberi batasan antara pekerjaan dunia dan pekerjaan akhirat. Seolah-olah pekerjaan dunia hanyalah berujung pada gaji dan penghasilan semata, tidak ada nilai ukhrawi di dalamnya. Padahal banyak penjelasan yang menerangkan bahwa dunia dan akhirat merupakan kotak-kotak semu oleh pandangan akal. Sekat dalam kotak tersebut diciptakan untuk lebih mudah mengemukakan dan menarasikan tentang jenis amal-amal tersebut.
Menanggapi pandangan itu, mari diselami Sabda Nabi Muhammad SAW berikut,
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّةِ مِنْ أَعْمَالِ الأَخِرَةِ، وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الأَخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّةِ
Hadis di atas memberikan penjelasan bahwa banyak amal yang tergambarkan sebagai amal dunia, kemudian menjadi amal akhirat sebab bagusnya niat pelakunya. Begitu juga sebaliknya, banyak sekali amal yang kelihatannya amal akhirat namun menjadi status amal dunia saja karena jeleknya niat para pelakunya. Dari narasi ini dapat diambil kesimpulan bahwa niat pelaku menjadi penentu terhadap perolehan dari amal yang telah dikerjakan.
Implementasinya ialah, seorang yang mencangkul di sawah dengan bersimbah keringat tampak sebagai pekerjaan dunia. Tapi bila pekerjaan itu diniatkan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, maka pekerjaan itupun mempunyai nilai lebih yang dapat dinikmati nanti diakherat. Begitu juga, diantara contoh kebalikannya adalah seseorang yang bersedekah kepada orang lain dengan niat pamer serta diiringi dengan cacian, makian, dan merendahkan para penerima sedekahnya. Amal sedekah itupun menjadi amal yang hanya tambak baik di dunia saja, namun kosong dalam timbangan dan tabungan amal akhirat.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Bekerja Profesional dalam Islam"