Geber atau Jabir bin Hayyan, Bapak Ilmu Kimia Modern
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur, komposisi, dan sifat materi, serta perubahan yang terjadi padanya. Ilmu ini memiliki peran penting dalam memahami dasar-dasar alam semesta dan merupakan fondasi bagi berbagai bidang ilmu lainnya seperti biologi, fisika, dan teknologi. Sejarah perkembangan ilmu kimia sangat panjang dan beragam, dimulai dari masa-masa awal peradaban manusia hingga menjadi disiplin ilmu modern yang maju.
Ilmu kimia telah menempuh perjalanan panjang dan beragam sejak zaman kuno hingga saat ini. Dari alkimia yang penuh mitos dan simbolisme hingga ilmu kimia modern yang didasarkan pada metode ilmiah, bidang ini terus mengalami transformasi besar dan memberikan sumbangan besar bagi peradaban manusia. Dengan pemahaman yang semakin mendalam tentang sifat materi dan reaksi kimia, ilmu kimia terus berperan penting dalam pemecahan berbagai tantangan ilmiah dan teknologi di masa depan.
Jabir bin Hayyan, Bapak Ilmu Kimia Modern
Berbicara tentang sains dalam konteks modern berarti penelitian yang sistematis atas alam dengan menggunakan pengamatan, eksperimen, penilaian, dan verifikasi. Sains modern dianggap sebagai mahkota peradaban Barat setelah beberapa kali peradaban berganti dari tangan ilmuwan dunia non-Barat kepada ilmuan Barat. Ilmuwan non-Barat di sini merujuk pada mereka yang hidup di kebudayaan Islam pada waktu 800 tahun mulai dari abad ke-8 sampai ke-16 (Masood, 2009). Sejalan dengan keuntuhan Roma dan kekosongan selama 800 tahun lalu dimanfaatkan oleh para cendekiawan Muslim yang memperngaruhi pemikiran sains Barat. Seperti yang terjadi di Kufah, Irak seorang cendekiawan yang bernama Jabir bin Hayyan menjadi salah seorang yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum Boyle (Nasr, 1997).
Dalam wikipedia disebutkan bahwa Abu Musa Jabir bin Hayyan atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat merupakan seorang polymath terkemuka; kimiawan, alkimiawan, ahli astronomi dan astrologi, insinyur, ahli bumi, ahli filsafat, ahli fisika, apoteker dan dokter, yang diperkirakan lahir di Kuffah, Irak (dalam versi berbeda "Iran") pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Imam Ja'far bin Muhammad AsShadiq keturunan ke 5 dari Nabi Muhammad saw, pada masa pemerintahan Manshur Addawaniqy di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam maupun di luar penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Biografi Singkat Jabir bin Hayyan
Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Tus, sebuah kota di Persia, pada 721 Masehi. Ia merupakan anak dari seorang tabib bernama Hayyan Al-Azdi. Namun, kehidupan Jabir bin Hayyan sebagai alkemis tak bermula dari Tus atau kota-kota lain di Persia, melainkan di Yaman. Jabir bin Hayyan meninggalkan Persia menuju Yaman setelah ayahnya dijatuhi hukuman mati oleh Kekhalifahan Umayyah. Hayyan Al-Azdi dieksekusi lantaran kedapatan mendukung revolusi yang dilakukan Dinasti Abbasiyah.
Yaman menjadi tempat Jabir bin Hayyan mempelajari banyak hal. Di bawah bimbingan sosok ulama besar Harbi Al-Himyari, Jabir bin Hayyan belajar tentang Alquran, matematika, dan ilmu-ilmu lainnya. Jabir bin Hayyan kemudian pergi ke Kufa, Irak, setelah Kekhalifahan Umayyah jatuh dan digantikan dengan Kekhalifahan Abbasiyah.
Di Kufa, Jabir bin Hayyan disebut berguru kepada Ja'far Al-Sadiq. Dari gurunya ini, Jabir bin Hayyan memperdalam ilmu-ilmu pengobatan, filsafat, astronomi, dan alkimia. Alkimia berkutat pada perubahan dan pembentukan sebuah zat. Para alkemis berlomba untuk menemukan unsur pembentuk batu filosof (sebuah batu mitos yang dipercaya dapat mengubah logam biasa menjadi emas), dan panacea universal (mitos obat yang dapat menyembuhkan segala penyakit).
Meskipun nama Jabir bin Hayyan besar karena ilmu spekulatif, teori-teorinya atas unsur pembentuk logam atau sifat beberapa larutan menjadi batu pijakan perkembangan ilmu kimia modern. Berkat teori-teori dan karya-karyanya di ranah alkimia itu, Jabir bin Hayyan disebut-sebut sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab, bahkan tak jarang yang menyematkan gelar Bapak Ilmu Kimia Modern kepadanya.
Karya Jabir bin Hayyan
Jabir bin Hayyan adalah seorang ilmuwan dan ahli kimia produktif pada masa keemasan peradaban Islam. Ia dikenal karena karya-karyanya yang mencakup berbagai bidang, termasuk alkimia, kimia, kedokteran, dan filsafat. Berikut adalah beberapa karya penting dari Jabir bin Hayyan:
- Kitab al-Kimya (The Book of Chemistry): Karya ini dianggap sebagai salah satu karya paling terkenal Jabir bin Hayyan. Dalam buku ini, ia membahas berbagai teori tentang sifat-sifat elemen dan logam, serta teknik-teknik laboratorium yang inovatif. Kitab ini juga berisi catatan-catatan tentang ramuan obat-obatan dan cara-cara penyulingan.
- Kitab al-Sab'een (The Book of Seventy): Karya ini berisi tentang pembahasan tentang berbagai jenis alat laboratorium dan teknik kimia yang berbeda. Kitab ini juga membahas teori-teori tentang materi, transformasi zat, dan hubungannya dengan filsafat alam.
- Kitab al-Ahjar (The Book of Stones): Buku ini fokus pada studi tentang mineral dan berbagai batu mulia. Jabir menggambarkan sifat-sifat batu-batu tersebut dan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan dalam praktek kimia dan alkimia.
- Kitab al-Mawāzīn (The Book of Balances): Dalam karya ini, Jabir berbicara tentang skala kimia dan pengukuran yang tepat yang diperlukan dalam eksperimen kimia dan penyulingan. Ia menekankan pentingnya keakuratan dalam pekerjaan ilmiah.
- Kitab al-Rahmah (The Book of Mercy): Buku ini mencakup panduan tentang etika kedokteran dan bagaimana mengobati pasien dengan rasa belas kasihan dan kepedulian.
- Kitab al-Sakan (The Book of Furnaces): Karya ini berfokus pada teknologi pembuatan dan pemeliharaan berbagai jenis tungku dan peralatan laboratorium yang digunakan dalam proses kimia dan penyulingan.
- Kitab al-Tanbeehat wa al-Izhar (The Book of Admonitions and Expositions): Karya ini berisi tentang petunjuk dan penjelasan tentang berbagai aspek praktik kimia dan alkimia.
Karya-karya Jabir bin Hayyan tidak hanya memiliki dampak besar pada perkembangan ilmu kimia dan alkimia di dunia Islam, tetapi juga memberikan kontribusi penting dalam mengenalkan metode eksperimen, penyulingan, dan analisis ilmiah yang kemudian berpengaruh pada ilmu pengetahuan di dunia Barat. Walaupun beberapa karyanya mungkin telah hilang atau tidak dapat dipastikan keaslian dan penulisannya, namun warisannya dalam ilmu kimia tetap menjadi bagian penting dari sejarah ilmu pengetahuan dunia.
Teori Penyulingan Jabir Ibnu Hayyan
Jabir Ibn Hayyan membuat alat untuk memotong, melebur, dan mengkristal. Dia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, fusi, kristalisasi, peleburan kapur, peleburan, pencelupan, pemurnian, imobilisasi, campuran, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini dia siapkan tekniknya, hampir semua “teknik” kimia modern. Dia membedakan antara distilasi langsung dengan labu basah dan distilasi tidak langsung dengan bejana kering. Dia adalah orang pertama yang mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui penyulingan. Mengenai fungsi khusus dari kedua ilmu dasar kimia, yaitu kalsinasi dan reduksi.
Ibnu Hayyan menjelaskan bahwa untuk mengembangkan kedua ilmu dasar tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data dengan menggunakan metode yang berbeda. metode, sublimasi, distilasi, disolusi dan kristalisasi. Berikutnya, Ibnu Hayyan merevisi dan mengoreksi teori dasar logam Aristoteles, yang tidak berubah sejak awal abad 18. Dalam setiap karyanya, Ibnu Hayyan terlebih dahulu menjalaninya dengan melakukan penelitian dan eksperimen. Metode ini membuatnya menjadi ilmuwan Islam besar yang menandai kelahiran kembali dunia Barat. Namun, Ibnu Hayyan tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan mengagumkan.
“Dengan mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, ingin mengoreksi ambiguitas dalam spekulasi orang Yunani. Tepat dalam mengamati fenomena dan rajin mengumpulkan fakta. Berkat dia, orang-orang Arab tidak kesulitan membuat hipotesis yang masuk akal.” tulis Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, dekomposisi metalurgi pertama yang dilakukan oleh ahli metalurgi dan ahli permata Mesir, menggabungkan logam dengan paduan yang berbeda dan mewarnainya, membuatnya mirip dengan prosesnya, menciptakan emas. Proses seperti itu, yang dulu sangat rahasia, dan eksklusif untuk universitas, dan oleh para ulama yang menyamar dalam formula mistik konvensional, di tangan Jabir bin Hayyan, dibuka dan disebarluaskan melalui survei, dan diorganisir dengan antusias.
Terobosan lain Ibnu Hayyan dalam bidang kimia adalah pembuatan asam nitrat, asam klorida, asam sitrat dan asam tartarat. Penekanan Ibnu Hayyan pada pengujian sistematis dikatakan tak tertandingi di mana pun di dunia. Inilah mengapa Ibnu Hayyan dirayakan oleh rekan-rekannya di seluruh dunia sebagai “Bapak Kimia Modern”. Dalam tulisan Max Mayerhaff bahkan disebutkan bahwa jika ingin menemukan akar dari perkembangan ilmu kimia di benua Eropa, maka lihatlah langsung karya-karya Jabir Ibn Hayyan.
Meski demikian, Ibnu Hayyan tetap tidak puas dengan penemuannya itu, kemudian Ia melanjutkan pengetahuannya hingga tak terbatas. Misalnya, dalam hal teori keseimbangan, para ilmuwan modern mengakui sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkimia di masa lalu.
Sangat spekulatif, di mana Jabir mencoba mempelajari stoikiometri yang ada dalam interaksi zat berdasarkan sistem aritmatika (studi tentang makna gaib sesuatu dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia) yang ia terapkan dalam kaitannya dengan abjad Arab 28 untuk memperkirakan proporsi alami produk yang diperoleh dari reaksi reaktan.
Sistem ini pasti memiliki makna esoteris, karena merupakan cikal bakal proses penulisan reaksi kimia. Jelas bahwa penemuan asam anorganik Jabir sangat penting dalam sejarah kimia. Diantaranya adalah hasil penyulingan tawas, amoniak klorida, kalium nitrat dan asam sulfat.
Berbagai asam yang dihasilkan dalam percobaan kimia adalah bahan baku yang berharga untuk sejumlah proses industri. Penguraian asam-asam tertentu ditemukan dalam salah satu naskahnya yang berjudul Sandaqal-Hikmah (Peti Kebijaksanaan).
Semua tulisan Jabir Ibn Hayyan adalah lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang berasal dari Renaisans. Literatur penelitian kimia Jabir mencakup analisis metode dan perangkatnya dari berbagai aktivitas kimia dan fisik yang dikenal hingga hari ini.
Di antara buku-bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan berjudul Summa Perfecdonis.
Satu pernyataan dari buku ini tentang reaksi kimia adalah:
“Merkuri (merkuri) dan belerang (sulfur) bergabung membentuk satu produk, tetapi adalah kesalahan untuk menganggap bahwa produk tersebut benar-benar baru dan bahwa merkuri dan belerang sama sekali berbeda.
Yang benar adalah keduanya mempertahankan sifat alaminya, dan yang terjadi hanyalah beberapa dari dua bahan tersebut berinteraksi dan bercampur satu sama lain, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk membedakannya secara tepat.
Jika seseorang ingin memisahkan bagian-bagian yang lebih kecil dari kedua jenis dengan alat khusus, tampaknya masing-masing elemen (elemen) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Akibatnya, kombinasi kimia dari unsur-unsur ada dalam keadaan terikat permanen tanpa mengubah sifat-sifat masing-masing unsur.
Ide-ide eksperimen Jabir kini lebih dikenal/digunakan sebagai dasar klasifikasi unsur-unsur kimia, terutama dalam hal logam, non-logam dan dekomposisi kimia. Dalam bidang ini ia mendefinisikan tiga jenis zat kimia yang berbeda menurut unsur-unsurnya:
- Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida,
- Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan
- Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Hingga Abad Pertengahan, risalah Jabir tentang kimia, termasuk buku-bukunya yang terkenal, Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab’een, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan diterbitkan oleh seorang ilmuwan Inggris, Robert Chester pada tahun 144, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sedangkan buku kedua, Kitab Al Sab’een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Kemudian pada tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russell, menerjemahkan karya lain Jabir berjudul Summa of Perfection. Tidak seperti penulis-penulis sebelumnya, Richardlah yang pertama kali menyebut Jabir Geber dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran dan filsuf Arab. Buku ini menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad. Dan juga mempengaruhi perkembangan kimia modern.
Keterangan Penting,
Materi di atas merupakan gabungan dari berbagai materi dari postingan di media sosial. Untuk dijadikan sebagai referensi penelitian, peneliti harus mengecek langsung referensi yang tepercaya dan diverifikasi ketika menulis artikel atau makalah.
Posting Komentar untuk "Geber atau Jabir bin Hayyan, Bapak Ilmu Kimia Modern"