Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadis Ke-3 Kitab Arbain Nawawi : Lima Pilar Keislaman

 


Ahad, 14 Juli 2024 merupakan kajian ke-3 penulis dalam Majelis Ilmu BaitiQu di Mushalla Baiturrahman, Tuku, Sawahluar, Kotakusuma. Kajian ini penulis sampaikan satu hari setelah kedatangan dari tadabbur alam di Kuta, Bali dan juga pasca tuntasnya proses pembuatan paspor di Imigrasi Tanjung Perak Surabaya.
Ucapan salam mengawali kajian di pagi itu bersamaan dengan hadirnya kehangatan mentari yang menyinari di sekitar, mengiringi suara hati yang keluar dari lisan diteruskan oleh mic ke arah mixer dan speaker toa di mushalla asuhan Bapak Eko -sepupu istriku-, sehingga suara di dengar oleh hadirin. Dengan berlandasan atas semua anugerah yang telah diberikan Tuhan sebagaimana penjelasan di atas, maka sepatutnya penulis mengajak hadirin untuk senantiasa mengucapkan syukur kepadaNya. Tanpa kekuatan dan daya yang diberikan olehNya, kita tidak bisa melakukan apapun. Seiring dengan dzikir,
لا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Selanjutnya penulis meneruskan prakata dengan membacakan hadis Nabi Muhammad SAW dari Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa terdapat dua nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia, yaitu sehat dan sempat. Sebab yang datang ke taman surga tempat berkumpul menyapa saudara ialah orang-orang pilihan yang berikan kesehatan dan kesempatan olehNya, mereka yang tidak datang ada yang sehat tapi tidak sempat, dan ada pula yang sempat tapi tidak sehat, bahkan ada yang kedua-duanya, tidak sehat dan tidak sempat.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Kemudian penulis mengingatkan kepada hadiri bahwa hari ini ialah pertemuan yang ketiga dengan materi hadis ketiga dalam Kitab Arbain Nawawi. Dalam 2 hadis sebelumnya telah dijelaskan hadis dari Sayyidina Umar bin Khattab tentang Urgensi Niat dan Korelasi Iman, Islam, serta Ihsan. Saat ini di hadis yang ke tiga merupakan hadis yang diriwayatkan oleh putranya Sayyidina Umar, yakni Abdullah bin Umar ra.
Dalam hadis tersebut, Abdullah bin Umar ra berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW ialah utusanNya, mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, berhaji, dan berpuasa di Bulan Ramadlan.
Dua poin pertama penulis sampaikan dengan bahasa lisan yang gamblang disertai dengan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW dan penjelasan para Ulama'. Diantaranya ialah hadis dari sahabat Muadz bin Jabal berikut,
من كان آخر كلامهِ لا إله إلا اللهُ دخل الجنة
Lafadz Lailahaillallah sangat dahsyat sekali pengaruhnya bagi manusia, sehingga seseorang yang hingga akhir hayatnya konsisten mempertahankan Lailahaillallah tentu surga bagiannya.
Begitu juga penulis membacakan hadis serupa dari Abu Dzar yang menjelaskan bahwa lafadz Lailahaillallah merupakan paling bagusnya hal-hal yang bagus (ahsanul hasanat) yang dapat mendekatkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka.
قال أبو ذر : قلت يا رسول الله: كلمني بعمل يقربني من الجنة، ويباعدني من النار، قال: "إذا عملت سيئة فاعمل حسنة، فإنها عشر أمثالها . قلت: يا رسول الله، "لا إله إلا الله " من الحسنات؟ قال: "هي أحسن الحسنات " .
Kemudian di poin kedua penulis menjelaskan hal dasar tentang Sholat. Setiap muslim wajib melaksanakan Sholat, sebelum mengerjakannya tentu harus mengerti lebih dulu kategori sholat fardu dan sunnah, rukun, sunnah dan syarat sahnya.
Ditengah-tengah kajian, penulis juga mencontohkan akibat seseorang bila tidak mengerti syarat dan rukun Sholat. Cerita ini masyhur di sampaikan para da'i bahwa ada seorang imam yang sedang menghafalkan surah al A'la untuk menjadi imam di sebuah masjid, dikarenakan terlalu fokus pada surah tersebut maka terjadilah apa yang harusnya tidak terjadi,
Sang Imam setelah takbiratul ihram lupa tidak membaca Al Fatihah melainkan langsung membaca surah al A'la, tentu makmum pun membaca Subhanallah -untuk mengingatkan- imam tersebut, ternyata imam tidak mengerti maksud makmum dan imam menyangka bahwa bacaan Subhanallah nya makmum memintanya mengubah surah agar tidak terlalu panjang.
Peristiwa perubahan bacaan surahnya imam dan bacaan subhanallahnya makmum pun sahut-menyahut hingga 3 kali, maka dengan emosi makmum berkata, "Belum Baca Fatihah Pak Imam". Lalu bubarlah jama'ah sholat itu karena tawa dan emosi.
Syahdan, kajian di hari libur itu pun agak lebih panjang dari biasanya. Walaupun demikian, materi tetap dibingkai dengan pernak-perniknya agar terus garing dan renyah bagi penikmatnya.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.

Posting Komentar untuk "Hadis Ke-3 Kitab Arbain Nawawi : Lima Pilar Keislaman"