Hadis Ke-10 Kitab Arbain Nawawi : Makan Jalan Menggapai Ridho Tuhan
Ahad, 10 November 2024 merupakan hari Pahlawan ke-65, Peringatan Hari Pahlawan 2024 bertema Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu.
Pagi itu, penulis mengisi kajian rutinan di Majelis Ilmu BaitiQu di Mushalla Baiturrahman, Tuku, Sawahluar, Kotakusuma. Menyampaikan kandungan hadis Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam Kitab Arbain Nawawi. Kajian ini ialah penyampaian hadis yang ke-10, hadis dari Sahabat Abu Hurairah ra.
Bismillah,,, penulis awali kajian dengan mengingatkan hadirin bahwa hari ini ialah hari pahlawan, sudah seharusnya kita berterima kasih kepada jasa-jasa para pahlawan terdahulu yang bejuang tanpa lelah demi kemerdekaan NKRI. Terima kasih untuk orang-orang yang telah tiada dapat kita lakukan denan caa mengirim doa-doa kebaikan kepada mereka, diantaranya ialah mengirim pahala bacaan Al Fatihah agar mereka ditingkatkan derajatnya disisi Allah SWT.
"Teruntuk para pahlawan bangsa Indonesia, Al Fatihah,,,"
Selanjutnya, penulis menyampaikan bahwa Allah SWT ialah Dzat yang bagus dan tidak menerima kecuali berupa hal-hal bagus pula. Maka dari itu kita sebagai hambanya harus menjaga diri dari perkara-perkara yang dilarang oleh Allah SWT, juga selalu berusaha agar senantiasa berada dikondisi terbaik dalam beribadah kepadanya. Allah SWT memerintahkan kita saat sholat untuk bersih dari hadas dan najis, berzakat dalam rangka membersihkan harta dari hak-haknya orang lain, serta berpuasa untuk membersihkan diri dari belenggu hawa nafsu.
Dalam segi sosial, kebagusan itu juga harus tercermin. Sebagaimana penjelasan hadis yang telah lewat, Rasulullah SWT melarang kita untuk menghidari perkara syubhat, juga telah mengajarkan tentang halal dan haram. Ibadah kepada Allah SWT hendaknya dilakukan dengan bersih dzahir dan batin.
Selain itu, penjelasan hadis ini juga mencakup amal perbuatan, shadaqah, makanan, dan penghasilan kita. kita tidak boleh beramal kecuali yang baik, tidak boleh bershadaqah kecuali dengan harta yang baik, dan tidak boleh mencari makanan atau pun pekerjaan kecuali yang baik-baik saja.
Kemudian penulis menerangkan bahwa Allah SWT memerintah orang-orang mukmin sebagaimana perintah Allah SWT kepada para rasulnya. Dalam matan hadis ini dicontohkan dengan kegiatan keseharian yaitu makan,
<يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ >
<يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ >
Allah SWT memerintahkan kepada para rasulNya agar makan dari makanan yang baik, dengan cara yang baik, dan bersumber dari pekerjaan yang baik. Makan ialah pekerjaan harian yang kadang oleh sebagian orang diremehkan, padahal makan ialah hal pokok dan sangat urgen bagi kehidupan. Seorang akan terus mampu hidup tanpa mempunyai mobil dan barang-barang mewah lainnya, namun dia akan lemas kemudian mati bila dia tidak makan.
Seiring dengan hal di atas, penulis menukil isi ceramah Gus Baha di berbagai vedio youtubenya berisi pertanyaan seorang dosen saat mempersoalkan tentang relevansi ayat Al-Qur’an yang membahas makan dan minum.
"Apakah ayat yang membahas tentang kebutuhan dasar ini benar-benar menunjukkan kualitas Al-Qur’an yang tinggi? Bukankah manusia tetap akan makan dan minum meskipun Al-Qur’an tidak menyebutkannya?", tanya seorang dosen.
"Justru hal yang sangat penting seperti makan dan minum itulah yang diatur dalam al-Qur’an. Kalau manusia tidak rapat atau seminar, mereka tidak akan mati. Tetapi kalau tidak makan dan minum, pasti mati. Mana yang lebih penting?" Jawab Gus Baha. "Pertanyaan retoris ini menekankan bahwa sering kali kita meremehkan hal-hal yang mendasar dan sangat vital dalam kehidupan," tambah beliau.
Penulis meneruskan bahwa makan bagi Nabi Muhammad SAW mempunyai status yang berbeda, Nabi SAW yang menjadi rasul setalah Nabi Isa as mempunyai tugas berat dalam menyampaikan risalah. Dikarenakan Nabi Isa as terlalu menampakkan kekeramatan dirinya dan tidak menampakkan sifat kemanusiaannya kepada umum, maka kemudian Nabi Isa dianggap tuhan oleh umatnya. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW yang memperlihatkan bashariyahNya kepada para sahabat, Rasulullah SAW makan bersama sahabat. Makan bagi Rasulullah tidak hanya sekedar mengisi perut beliau, melainkan bentuk penekanan bahwa beliau bukan Tuhan yang harus disembah, Beliau adalah hamba dan utusanNya.
Bila makan bagi Nabi Muhammad SAW bernilai akidah, maka makan bagi kita umatnya harus menjadi media dan jalan dalam menggapai ridho Allah SWT. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT sangat ridho pada seorang hamba yang apabila dia makan lalu dia memuji Allah SWT, begitu pula saat dia minum lalu memuji kepadaNya.
إنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ العَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Penulis mengajak kepada hadirin agar menjadikan makan dan minum yang keseharian ini menjadi jalan dalam menggapai ridho Allah SWT. Bila ini yang dilakukan, tentu sangat mudah bukan. Ridho Allah jangan dibayangkan hanya berada dalam sholat sunnah ribuan rokaat, puasa bertahun-tahun, shodaqah milyaran rupiah hingga menjadikan kita pesimis untuk menggapainya. Sekali lagi penulis tekankan bahwa Ridho Allah SWT dapat diperoleh dengan kegiatan keseharian yang kita lakukan.
Dalam lanjutan hadis ke-10 ini, penulis menuturkan bahwa Rasulullah SAW menyebutkan ada seseorang yang sedang melakukan perjalanan jauh, kusut rambutnya dan berdebu, menengadahkan tangannya ke atas seraya bedoa,,, Ya Rabbii,,, Ya Rabbii,,, Ya Rabbii,,, sedangkan makananan yang telah dimakan haram, minumannya haram, pakaian yang digunakan haram, bahkan semua yang disiapkan untuknya semuanya haram. Lalu bagaimanakah Allah SWT akan mengabulkan do'a-do'anya?.
Seseorang tersebut di atas berada dalam kondisi terbaik dalam berdoa,
1. Keadaan dalam perjalanan jauh (safar).
2. Meminta dalam keadaan sangat butuh (genting).
3. Menengadahkan tangan ke langit.
4. Memanggil Allah SWT dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku)
Namun do'a-do'anya tehalang untuk dikabulkan oleh Allah SWT lantaran dirinya selalu makan dan minum dari yang haram, pakaiannya juga haram.
Penjelasan terkahir ini menjelaskan kepada kita dan menguatkan keterangan sebelumnya bahwa kita harus menjaga kebagusan diri serta menghidari dari perkara haram. Makanan yang haram berpengaruh pada perilaku keseharian dan perilaku itu berdampak pada hidup di hari kebangkitan.
Penulis akhiri ceramah ini dengan pantun,
Jalan-jalan di kota Tuban
Jangan lupa singgah di Terminal
Bila engkau hendak makan
Makanlah dengan makanan yang halal
***
Naik bus patas di Terminal
Tak lupa membawa jajanan
Memakan makanan yang halal
Merupakan perintah dari Tuhan
Terima kasih atas segala perhatian
Mohon maaf untuk semua khilaf dan kesalahan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ومشربه حرام وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Posting Komentar untuk "Hadis Ke-10 Kitab Arbain Nawawi : Makan Jalan Menggapai Ridho Tuhan"