Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadis Ke-9 Kitab Arbain Nawawi : Jangan Berlebihan dalam Beribadah

Jangan Berlebihan dalam Beribadah
=== === ===
Ahad, 27 Oktober 2024 penulis kembali mengisi pengajian di Kajian Pagi Majelis Ilmu BaitiQu. Satu hari sebelumnya saat penulis masih di atas kapal Express Bahari menuju Pulau Bawean, ada WA masuk dari pengurus Musholla Baiturrahman yang mengingatkan penulis tentang jadwal kajian di hari Minggu itu. Penulis pun membalas pesan tersebut dengan terima kasih. Begitu lah kami sebagaimana perintah Allah SWT diperintah untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan tidak pula juga untuk mengucapkan terima kasih kepada sesama.
Pagi ini masih kelihatan awan mendung di langit Sangkapura, di halaman rumah dan musholla pun terlihat basah sebab diguyur hujan di waktu Subuh tadi. Sangkaan kami, hujan akan kembali turun di pagi ini saat kajian kami berlangsung, sehingga kami pun tidak ada yang berada di halaman mushalla, semua langsung masuk ke dalam ruang kajian dengan tertib dan tenang.
Penulis mulai kajian ke-9 dari Hadis Arbain Nawawi ini dengan do'a bersama, berharap semoga semua diberikan kekuatan dan hidayah oleh Allah SWT agar mampu istiqamah menghadiri kajian walau musim hujan nanti datang menghampiri kita semua. Terutama penulis sebagai pengisi kajian dapat terus hadir sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh pengurus mushalla. Apabila salah satu jamaah yang berhalangan hadir, maka pengajian masih bisa dilanjutkan. Namun bila pengisi kajian yang absen, tentu bapak dan ibu jamaah akan menunggu-nunggu kapan acara dimulai, atau diantara jamaah ada yang menggantikan penulis mengisi kajian ini. Harapan-harapan kami ini dimasukkan dalam do'a, diaminkan oleh semua yang hadir, disertai dengan bacaan Al Fatihah bersama.
Hadis ke sembilan ini dari Sahabat ‘Abdurrahman bin Shakr, atau yang masyhur dengan panggilan Abu Hurairah ra. Beliau pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda "Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian".
Dalam awal matan hadis tersebut terdapat dua perintah, yaitu menjauhi larangan dan mengerjakan perintah.
Yang pertama ialah perintah Rasulullah SAW untuk menjauhi segala hal yang telah dilarang oleh Allah SWT. Secara dasar menjauhi larangan tentu lebih mudah, sebab dengan kita tidak mengerjakan larangan tersebut, kita telah berhasil menjauhinya. Penulis contohkan bahwa dengan kita berada di pagi ini di pengajian, kita telah meninggalkan banyak larangan Allah SWT di waktu yang sama, kita telah meninggalkan larangan mencuri, merampok, zina, minum khamr, dan larangan lainnya. Maka dengan diam, kita telah berhasil memenuhi perintah untuk menjauhi larangannya.
Yang kedua ialah perintah untuk melakukan kewajiban, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW menambahkan redaksi "semampu kalian". Penulis menjelaskan bahwa asbabul wurud dari hadis ini ialah berkaitan dengan sabda Nabi Muhammad SAW tentang perintah haji saat beliau khutbah, lantas ada sahabat yang bertanya "Apakah perintah haji itu diwajibkan setiap tahun?". Nabi SAW diam, hingga sahabat itu bertanya sampai tiga kali. Nabi Muhammad SAW pun bersabda,
"Seandainya aku mengatakan iya (tiap tahun), tentu jadi wajiblah (tiap tahun untuk berangkat haji) dan sungguh seperti itu kalian tentu tidak sanggup. Tinggalkanlah aku pada apa yang aku tinggalkan bagi kalian. Ingatlah, sungguh binasanya orang-orang sebelum kalian. Mereka binasa karena banyak bertanya dan karena menyelisihi perintah para nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian dan jika aku melarang pada sesuatu, maka tinggalkanlah.”
Selanjutnya penulis menerangkan kepada hadirin bahwa Rasullah SAW mengajarkan kepada kita agar beribadah semampu yang bisa kita lakukan, dalam bab haji misalnya seseorang yang diberikan kemampuan untuk berangkat haji, maka haji menjadi wajib baginya, dan kewajiban itu hanya berlaku satu kali seumur hidup, selebihnya ialah anjuran saja. Namun, bagi yang tidak memiliki kelebihan harta untuk menunaikan ibadah haji, maka haji tidak wajib baginya, lebih-lebih dia sampai berhutang untuk berangkat haji karena gengsi kepada koleganya yang sudah berhaji semua. Hal ini lah yang dianggap berlebihan dalam beribadah, ibadah kepada Allah SWT akhirnya menjadi beban baginya dan bisa jadi dia menyalahkan ibadah tersebut dan akhirnya ia juga menyalahkan Allah SWT.
Contoh kecil dalam keseharian ialah seseorang disunnahkan untuk Sholat Tahajjud, Dhuha, Rawatib, dan Sholat-Sholat Sunnah lainnya. Sholat Tahajjud dilakukan di waktu malam setelah bangun tidur dengan 2 rakaat 1 salam, surah yang dibaca pun disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Bila ada seseorang yang sholat tahajjud dengan membaca Al Baqorah di rakaat pertama dan Al Imran di rakaat ke dua, setelahnya ia pun kecapean hingga besoknya tidak mampu bekerja menafkahi keluarganya tentu hal tersebut tidak juga dibenarkan. Sebab dia telah menjadikan ibadah sebagai kambing hitam dari dirinya yang tidak bekerja esok harinya.
Maka, sungguh bijaklah seseorang yang beribadah kepada Allah SWT dengan menyadari potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya.
Kemudian penulis melanjutkan bahwa ibadah yang kita lakukan ada dua macal, yaitu ibadah Ta’abbudi dan Ta’aqquli. Ibadah Ta’abbud ialah ibadah yang tidak ada sebab dan alasannya, sedangkan Ta’aqquli ialah kebalikannya. Tentang ibadah Ta'abbud seperti Sholat kita tidak boleh menuntuk jawaban atas pertanyaan untuk apa kita sholat? mengapa ada sholat Dhuhur? Mengapa Waktunya Subuh diwaktu pagi hari saat orang tidur? Mengapa Ashar 4 rakaat? dan pertanyaan sejenisnya.
Nabi Muhammad SAW dalam kelanjutan hadisnya menyabdakan bahwa orang-orang dahulu banyak celaka sebab banyak bertanya dan berbeda pendapat kepada para nabi mereka. Maka janganlah kita sama seperti mereka yang menjadi celaka dikemudian hari karena pertanyaan-pertanyaan yang harusnya tiak perlu dipertanyakan.
Kajian ini disampaikan dengan singkat selama 20 menit sebab penulis ada kegiatan lanjuta Bersama santri MD Hasan Jufri yaitu Ziarah Wali Bawean. Akhirnya kajian diakhiri dengan ucapan salam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

 

Posting Komentar untuk "Hadis Ke-9 Kitab Arbain Nawawi : Jangan Berlebihan dalam Beribadah"