Jangan Hanya Jadi Orang Shalih melainkan Mushlih
Sarung Gus Iqdam, Klik DISINI |
Pagi itu di hari Ahad tanggal 22 September 2024, penulis melihat jadwal aktifivitas harian. Dalam jadwal tersebut, tertera undangan untuk mengisi ceramah dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mushalla Nur Ahmad, Eler Beengan. Kondisi badan terasa masih ngilu sebab baru datang dari Ziarah Wali Lima dan Studi Tour Asatidz MD Hasan Jufri selama 5 hari.
Bismillah,,, berangkat!
Namun yang terjadi ialah ketika tiba dilokasi acara telah dimulai dan ketua panitia sedang menyampaikan sabutannya, menandakan penceramah agama sebentar lagi naik ke podium setelah sambutan panitia. Setelah penulis bertanya pada asatidz yang hadir, acara betul dimulai pukul 09.00 WIS, sedangkan penulis menyangka pukul 09.00 WIB. Pada saat itu jarak WIB ke WIS selisih 40 menit. Dan,,, betul lah, 3 menit duduk dilokasi, penulispun dipersilahkan menuju ke podium.
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarokatuh
Begitulah ceramah ini penulis awali diikuti dengan pembukaan seperti biasanya para penceramah lainnya. Tak lupa penulis memohon maaf atas keterlambatan yang tidak disengaja.
"Mohon maaf hadirin, atas keterlambatan kami hadir ke sini. Bukan maksud untuk terlambat, namun ternyata pemahaman dalam mengartikan waktunya yang berbeda. Panitia sudah benar mengundang di pukul 9. Panitia memahami dengan waktu WIS dan kami memahami dengan waktu WIB, terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi karena perbedaan memahami teks yang sama"
Penulis sampaikan redaksi di atas dengan bahasa Bawean diikuti sedikit tingkah dan nada yang membuat hadirin tersenyum-senyum.
Selanjutnya penulis kaitkan kejadian itu dengan perbedaan pemahaman para ulama' dalam mengkaji Al Qur'an dan Hadis, yang keduanya merupakan warisan dari Rasulullah SAW. Perbedaan paham itulah yang selanjutnya melahirkan berbagai perbedaan ijma' serta qiyas. Satu dalil yang sama namun pemahamannya berbeda, begitu pula kadang tindakannya tidak sama.
Penulis contohkan perbedaan pengamalan hadis tentang menghormati tetangga. Satu hadis ini bila diamalkann di desa dan di kota memiliki aplikasi penghormatan terhadap tetangga yang tidak sama. Orang di desa cenderung suka untuk saling sapa dan tentu berbeda dengan kehidupan bertetangga di kota yang lebih privat dan sibuk.
مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جارَهُ
Hal di atas hanya bagian contoh kecil dari memahami dan mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. Kemudian penulis menjelaskan tentang kebanggaan Nabi Muhammad SAW kepada ummatnya di akhir zaman. Nabi menyabdakan bahwa sangat beruntung sekali orang-orang yang tidak bertemu dengan Nabi namun malah beriman kepadaNya.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ، طُوبَى لِمَنْ رَآكَ، وَآمَنَ بِكَ، قَالَ: ” طُوبَى لِمَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِي وَلَمْ يَرَنِي
Sebagai umat yang dibanggakan oleh Nabi Muhammad SAW, sudah sepatutnyalah kita semua bergembira dengan kelahiranNya. Kegembiraan itu diekspresikan dengan acara-acara, perayaan-perayaan, peringatan-peringatan, maupun istilah apapun juga.
Setelah itu penulis mengajak hadirin untuk bersholawat kepada Nabi SAW sesuai dengan sholawat yang sudah dihafal dan disukainya, bisa menggunakan Sholawat Jibril, Nariyah, Thibbil Qulub, Ibrahimiyah, Munjiyah, Busyro, badar, atau sholawat lainnya. Dengan banyak menyebutnya sebagai tanda dasar bahwa kita cinta padaNya. Ibarat kekasih yang selalu rindu pada belahan jiwanya.
Nabi Muhammad SAW sebelum diutus menjadi Nabi yaitu sebelum usia 40 tahun, beliau merupakann pribadi yang sholih dan dipercaya oleh masyarakat Quraisy. Beliau dipuji sebagai Al Amin. Di saat Nabi berumur 35 tahun dan terjadi pembongkaran Ka'bah, Nabi Muhammad lah yang dipercaya oleh ketua-ketua suku Quraisy untuk memindahkan hajar aswad dari tempatnya.
Perilaku pujian menjadi berbalik arah saat nabi mendapatkan risalah dari Allah SWT. Kaum Quraisy yang sebelumnya percaya Nabi kemudian menuduhnya sebagai tukang sihir, ahli syair, dan orang gila. Begitulah Nabi Muhammad SAW saat berumur 40 tahun telah naik tingkat menjadi Mushlih.
Berikut ringkasan perbedaan keadaan seorang yang sholih dan muslih,
مَا الْفَرْقُ بَيْنَ الصَّالِحِ وَالْمُصْلِحِ ؟
Apa perbedaan antara saleh dan Muslih?
اَلصَّالِحُ خَيْرُهُ لِنَفْسِهِ وَالْمُصْلِحُ خَيْرُهُ لِنَفْسِهِ وَلِغَيْرِهِ. اَلصَّالِحُ تُحِبُّهُ النَّاسُ. وَالْمُصْلِحُ تُعَادِيْهِ النَّاسُ. لِمَاذَا؟
Orang yang saleh, kebaikannya untuk dirinya sendiri, dan orang yang muslih kebaikannya untuk dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang saleh dicintai oleh manusia, sedangkan orang yang muslih dimusuhi oleh manusia. Mengapa demikian?
اَلْحَبِيْبُ الْمُصْطَفَى (صلى الله عليه وسلم) قَبْلَ الْبُعْثَةِ أَحَبُّهُ قَوْمُهُ لِأَنَّهُ صَالِحٌ. وَلَكِنْ لَمَّا بَعَثَهُ الله تَعَالَى صَارَ مُصْلِحًا فَعَادُوْهُ وَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ مَجْنُوْنٌ. مَا السَّبَبُ؟
Kekasih yang terpilih SAW sebelum diutus, dicintai oleh kaumnya karena dia adalah orang yang saleh. Tetapi ketika Allah SWT mengutusnya, dia menjadi muslih, maka mereka memusuhinya dan berkata, 'Tukang sihir, pendusta, gila.' Apa sebabnya?
لِأَنَّ الْمُصْلِحَ يَصْطَدِمُ بِصَخْرَةِ أَهْوَاءِ مَنْ يُرِيْدُ أَنْ يُصْلِحَ مِنْ فَسَادِهِمْ،
Karena seorang yang muslih berbenturan dengan batu karang hawa nafsu orang-orang yang ingin dia perbaiki dari kerusakan mereka.
وَلِذَا أُوْصِى لُقْمَانُ ابْنِهِ بِالصَّبْرِ حِيْنَ حَثَّهُ عَلَى الْإِصْلَاحِ لِأَنَّهُ سَيُقَابِلِ بِالْعَدَاوَةِ. (يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ).
Oleh karena itu, Luqman dipesankan kepada anaknya untuk bersabar ketika dia mendorongnya untuk melakukan perbaikan, karena sesungguhnya dia akan dihadapkan dengan permusuhan. (Wahai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah kepada kebaikan, cegahlah dari kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu)
قَالَ أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْعِلْمِ : مُصْلِحٌ وَاحِدٌ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ آلاَفِ الصَّالِحِيْنَ. لِأَنَّ الْمُصْلِحَ يَحْمِي اللهُ بِهِ أُمَّةً، وَالصَّالِحُ يَكْتَفِيْ بِحِمَايَةِ نَفْسِهِ.
Orang-orang yang memiliki keutamaan dan ilmu berkata: Seorang pembaharu lebih dicintai oleh Allah daripada ribuan orang saleh. Karena Allah melindungi umat dengan pembaharu, sedangkan orang saleh cukup dengan perlindungan dirinya sendiri.
فَقَدْ قَالَ الله عزَّ و جلَّ في مُحْكَمِ التَّنْزِيْلِ: (وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُون َ).
Sungguh, Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah berfirman dalam Al-Qur'an yang jelas: 'Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota dengan kezaliman, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan'.
Narasi di atas penulis sampaikan dengan pernak perniknya ceramah agar menepis jenuh dan bosan. Penulis menekankan bahwa seseorang tidak boleh hanya ambil aman menjadi orang baik saja karena takut dibenci oleh orang lain. Di satu kampung harus ada yang mengorbankan dirinya menjadi peribadi muslih, mau menjadi kepala Dusun, ketua RT, ketua RW, ketua pemuda, ketua takmir masjid, ketua remaja, ataupun ketua perkumpulan yang mengajak anggota dan masyarakat melakukan kebaikan-kebaikan. Harus ada pula yang bersedia menjadi kiai dan Ustadz mengajarkan agama dan ngaji anak-anak. Begitu pula harus ada yang koar-koar memperingati para pelaku kemaksiatan.
Bukan kah Allah SWT lebih mencintai 1 orang muslih dari pada ribuan orang sholih. Suatu kota tidak akan dibinasakan oleh Allah SWT selama masyarakatnya sama melakukan kebaikan-kebaikan.
Begitulah ceramah ini disampaikan selama 40 menitan. Di luar Mushollah para ibu sudah mulai kepanasan, sebab matahari telah naik dari arah timur menuju pertengahan. Akhirnya penulis tuturkan: "Terima kasih atas kehadiran dan perhatian, mohon maaf atas semua kekurangan dan kesalahan".
Posting Komentar untuk "Jangan Hanya Jadi Orang Shalih melainkan Mushlih"