Materi Khutbah : 6 Pergeseran Nilai Masyarakat Modern
6 Pergeseran Nilai Masyarakat Modern
=== === ===
Jum'at legi, 11 Oktober 2024 penulis ditugaskan sebagai khatib di Masjid An Nur Dusun Kuduk-Kuduk. Jadwal khutbah di Masjid An Nur ini oleh takmir dibuat sesuai dengan jumlah pasaran yang lima, yaitu legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Penulis dijadwal setiap Jum'at Legi, dalam artian setiap 5 pekan sekali penulis harus hadir ke masjid tempat kelahiran secara istiqamah.
Dalam kesempatan khutbah ini, penulis menyampaikan 6 renungan pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat modern. Enam materi tersebut penulis kemas dalam durasi waktu di bawah 5 menit, begitulah kebiasaan penulis dalam berkhutbah harus cepat, tepat, semangat, dan lugas. Hal ini mengikuti pandangan ulama' bahwa ibadah jangan sampai menjadi beban bagi pelakunya, agar tidak kapok dan menggerutu dalam menjalankan ibadah tersebut. -Tentu ada pangangan lain yang bertolak belakang dengannya.-
Berikut 6 perubahan nilai di tengah-tengah masyarakat modern yang patut kita renungi bersama.
Pertama, gelar dan ijazah semakin tinggi namun tak menggambarkan kualitas diri. Mulai terlihat orang-orang yang mementingkan gelar dan ijazah dari ilmu yang bermanfaat dan keberkahan. Dalam tataran praktiknya, ilmu yang dipelajari tidak berbanding lurus dengan kompetensi, kualitas, dan prilaku hidup sehari-hari. Padahal sejatinya, sekolah, kuliah, dan berbagai cara mencari ilmu adalah pekerjaan yang luhur jika orientasinya bukan untuk kepentingan duniawi semata.
Kedua, alat kesehatan semakin canggih tapi penyakit semakin bermacam-macam. Kesehatan serta kekuatan tubuh manusia saat ini semakin rendah. Saat ini dengan mudah kita jumpai alat-alat canggih dalam bidang kesehatan namun kekuatan tubuh manusia semakin rentan terhadap penyakit. Jika orang tua kita dulu masih bisa ke kebun dan ke sawah di usia 80 tahunan, saat ini jarang ditemukan orang tua pada umuran tersebut melakukan aktivitas berat. Bisa jadi ini akibat pola pikir dan berbagai jenis makanan modern yang dikonsumsi saat ini.
Ketiga, sering pergi kemana-mana tapi tak kenal tetangga. Fakta sosial ini bisa kita temukan di masyarakat, khususnya di kawasan perkotaan. Bagaimana sikap individualis masyarakat modern saat ini muncul ditandai dengan menurunnya kepekaan sosial pada lingkungannya. Budaya gotong royong seperti kerja bakti, berkumpul dan bersosialisasi dengan lingkungan sudah mulai berkurang. Padahal jika terjadi sesuatu hal, maka tetanggalah yang menjadi orang terdekat yang dimintai bantuan. Semua patut menjadi renungan kita bersama.
Keempat, rata-rata penghasilan semakin tinggi tapi ketentraman hati dan jiwa semakin berkurang. Seiring perkembangan zaman, berbagai macam peluang pekerjaan bermunculan. Kondisi ini menjadikan masyarakat mudah memilih pekerjaan sesuai dengan keinginannya dan kecenderungan penghasilan masyarakat saat ini lebih tinggi dari sebelumnya. Namun jika tidak dilandasi dengan kepedulian sosial, rasa syukur dan senantiasa ingat kepada Allah, kegersangan hati akan muncul. Kondisi ini akan berdampak negatif bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Ar-Ra’du ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Kelima, semakin banyak teman di dunia maya tapi tidak punya sahabat di dunia nyata. Alangkah mudahnya saat ini berteman di media sosial. Cukup dengan ‘klik’ saja kita bisa mendapatkan banyak teman. Namun keasyikan bermedia sosial dengan teman banyak ternyata berpengaruh pada kurangnya bersosialisasi di dunia nyata sehingga masyarakat kini tidak memiliki sahabat banyak di dunia nyata. Ada istilah “Yang jauh didekatkan dan yang dekat dijauhkan” akibat asik bermedia sosial.
Keenam, ilmu semakin tersebar tapi adab dan akhlak semakin pudar. Ada pergeseran nilai saat ini di mana ilmu tidak lagi meresap di dalam hati namun hanya sebatas diingat dalam otak. Sehingga dengan mudah kita bisa mendapatkan ilmu namun akhlak dan adab semakin pudar. Kejadian generasi muda yang kurang akhlaknya melakukan berbagai macam jenis tindakan tidak bermoral menjadi contoh rapuhnya pendidikan moral di era saat ini.
6 hal tersebut penulis sampaikan tanpa meninggalkan rukun-rukun khutbah dan di akhir khutbah selalu penulis tutup dengan Al Qur'an Surah An Nahl ayat 90 berikut,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sebagaimana anjuran dari Khalifah ke-8 Bani Umayyah, Umar bin ‘Abdul ‘Azîz.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Materi Khutbah : 6 Pergeseran Nilai Masyarakat Modern "